Rabu, 11 Agustus 2010

Nilai-nilai dalam Buku Teks

Bab I

Pendahuluan

1.1 latar belakang

Buku teks memiliki keterkaitan dengan proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru dan lebih-lebih calon guru hendaknya membekali dirinya dengan pengetahuan tentang telaah buku teks.

Kehadiran buku teks di lembaga pendidikan yang memang kondisinya sangat kompleks sudah tentu mempunyai nilai tertentu. Nilai butu teks bergantung pada bobotnya, juga pada misi, dan juga fungsinya.

Buku teks dikatakan mempunyai nilai yang tinggi dalam proses belajar mengajar karena adanya kenyataan bahwa pemegang mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah tidak sedikit bukan bidangnya. Jelas, mereka menguasai bidang bahasa Indonesia sebagi materi pelajaran, tetapi tidak banyak mengeetahui strategi pengajaran bahasa Indonesia, menentukan materi pelajaran, menyajikan materi pelajaran, dan tidak bisa mengevaluasi hasil belajar-mengajar.

Dalam alam pendidikan dan pengajaran, buku teks mempunyai nilai (1) nilai edukatif, (2) nilai psikologis, (3) nilai ilmiah, (4) nilai sosiokultural, (5) nilai politis, (6) nilai direktif, (7) nilai efisiensi, (8) nilai didaktis, (9) nilai praktis, dan (10) nilai akademis.

1.2 rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas, permasalahan yang ingin disamapaikan adalah nilai apakah yang terkandung dalam buku Membuka Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Sastra INDONESIA 3 SMP/MTs karangan Dwi Hariningsih dkk?

1.3 tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan, maka tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam buku teks Membuka Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Sastra INDONESIA 3 SMP/MTs karangan Dwi Hariningsih dkk

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Membuka Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Sastra INDONESIA 3 SMP/MTs

Penyusun : Dwi Hariningsih, Bambang Wisnu, Septi Lestari

Penerbit : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Tahun : 2008

Kota : Jakarta



BAB II

LADASAN TEORI

Dewasa ini boleh dikatakan setiap sekolah (dari SD samapi SMA sederajat) telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan dengan beragam jenis buku. Seperti buku-buku pelajaran, kamus, ensiklopedia, buku-buku ilmu pengetahuan dan sebagainya.

Kegiatan belajar-mengajar di sekolah, juga tidak terlepas dari penggunaan buku teks, serta penggunaan buku-buku penunjang lainnya. Sebagai seorang guru dan lebih-lebih sebagai seorang calon guru, sudah semestinya kita mengetahui buku-buku teks yang tergolong baik atau yang kurang baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

Pengetahuan mengenai nilai-nilai buku teks, akan mempermudah seorang guru dalam memberikan arahannya pada siwanya. Guru tidak akan kelabakan jika harus menjawab pertanyaan siswa tentang buku teks mana yang baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas.

1. Nilai Edukatif Buku Teks

Buku teks dalam penampilannya di lembaga pendidikan mempunyai arti tersendiri bagi pendidikan. BT memuat sajian materi pelajaran yang sangat kompleks, bukan saja materi linguistik, tetapi juga materi-materi lainnya. Pilihan materi pelajaran sering dikaitkan dengan masalah-masalah social, budaya, da juga ilmu pengetahuan lainnya. Dengan sajian materi yang sangat kompleks itu diharapkan dapat dijadikan sebagai usaha pembinaan siswa. Mendidik siswa mengenal kemajuan zaman, lingkungan hidup, hakikat hidup, sopan santun pergaulan, dan sebagainya.

Buku teks memberikan pendidikan secara psikologis sehingga siswa memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang positif dalam berbahasa Indonesia menurut konteksnya. Semua ini diperoleh oleh siswa melalui kreativitasnya mencari pengalaman, menemukan masalah, seperti yang diharapkan buku teks. Dengan cara demikian, siswa akan terlatih mengkaji pengalaman dan menemukan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya di masyarakat. Jadi, belajar bukan hanya sekadar menghafal apa yang diterima oleh siswa dari guru dan dari buku, tetapi melatih siswa untuk berpikir kritis dan pragmatis melalui buku teks.

  1. Nilai Psikologis Buku Teks

Setiap siswa mempunyai irama perkembangan kejiwaan yang berbeda, minat, serta latar belakang psikologis yang berbeda pula. Dalam keberbedaan ini, masingmasing siswa mempunyai penyikapan yang berbeda-beda terhadap materi pelajaran. Menyadari hal ini, penyusun buku teks telah memperhitungkan pemilihan materi pelajaran dalam buku teks agar sesuai dengan kondisi psikologis siswa dalam belajar. Secara khusus, dalam belajar bahasa, perlu diperhitungkan mengenai psikologi belajar berbahasa, termasuk tataan materi pelajaran dalam buku teks. Dengan dasar ini akan memudahkan siswa belajar menurut iramanya. Tataan materi yang dimaksud sebagai berikut.

- Tataan materi dimulai dari hal atau masalah yang mudah ke hal yang sulit.

- Tataan materi dimulai dari yang sederhana ke hal kompleks.

- Dari hal yang umum ke hal yang elementer.

- Dari hal yang konkret ke hal yang abstrak.

3. Nilai Ilmiah Buku Teks

Secara ideal sebuah BT harus memuat sajian materi pelajaran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian pesat sesuai perkembangan kemajuan zaman. Tentu buku teks tidak akan bisa mengikuti perkembangan teknologi secara setara dengan kemajuan itu karena keberadaan buku teks di lembaga pendidikan dalam jangka waktu yang relatif lama, sekitar lima sampai sepuluh tahun. Akan tetapi, sesuai dengan hakikat buku teks sebagai dasar rangsangan untuk mengembangkan materi, isi buku teks bisa disesuaikan dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, buku teks bukan merupakan rumusan yang mati dan kaku. Buku teks masih bisa dikembangkan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Bahkan, buku teks yang disajikan oleh penyusunnya lebuh menekankan pada segi praktis penggunaan bahasa Indonesia bagi kehidupan siswa.

4. Nilai Sosiokultural Buku Teks

Seleksi materi pelajaran dalam buku teks disesuaikan dengan kondisi lingkungan social budaya siswa, latar belakang kebahasaannya, pandangan hidupnya, adat istiadatnya, system kemasyarakatannya, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar sajian materi dalam buku teks tidak bertentangan dengan lingkungan siswa dan materi itu sesuai dengan kehidupan nyata yang bisa dialami siswa. Dengan demikian, materi pelajaran yang ada dalam biku teks sesuai dengan pengalaman siswa, akrab dengan siswa, dan mudah diterima oleh siswa.

Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Keanekaragaman budaya ini mengakibatkan adanya system social yang beraneka pula menurut adat-istiadatnya. Penyusun buku teks tentunya tidak bisa memeperhatikan semua hal tersebut dalam buku teks. Penyusun akan lebih banyak berpegang pada social budaya nasional tanpa mengabaikan budaya daerah, karena yang diutamakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah jiwa nasionalisme. Buku teks menyajikan materi pelajaran yang baik secara langsung maupun tidak langsung membina siswa agar berjiwa nasional, menghargai budaya daerah, menjaga kerukunan hidup beragama, berjiwa Pancasilais, dan sebagainya sesuai dengan kondisi masyarakat dan budaya yang ada.

5. Nilai Politis Buku Teks

Buku teks pada dasarnya merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk menciptakan kondisi social budaya Negara Indonesia melalui pendidikan. Oleh Karen itu, isi buku teks harus mengandung rangsangan dan arahan sesuai dengan harapan kbijakan pemerintah dalam mencapai tujuan bangsa Indonesia melalui pembangunan, penciptaan kondisi politik yang mantap, ketahanan nasional, stabilitas nasional, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Semua hal tersebut dicanangkan dalam GBHN, dan di sekoolah telah dilakukan melalui program ketahanan sekolah, memberikan penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Program-program pemerintah yang ada tidak boleh dilanggar oleh masyarakat Indonesia, justru masyarakat dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan program pemerintah. Oleh karena itu, keberadaan buku teks di lembaga pendidikan haruslah mendukung pelaksanaan program pemerintah. Dengan dasar ini, penyusun buku teks berusaha memilih materi untuk menunjang program pemerintah sehingga dalan buku teks terdapat unsur-unsur politis pemerintah dalam mengarahkan jalannya pembangunan dan jalannya roda pemerintahan. Tujuan pendidikan bukan hanya sekadar menciptakan siswa-siswa yang cerdas dan terampil, tetapi juga menciptakan siswa yang sadar sebagai bagian dari bangsa dan negara.

6. Nilai Direktif Buku Teks

Buku teks mempunyai nilai direktif bagi guru dan siswa. Buku teks memuat hal-hal yang memberikan arah dan petunjuk yang dilakukan oleh guru dalam mengajar dan oleh siswa dalam belajar. Hal ini tampak pada materi-materi pelajaran yang selalu disertai dengan petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan oleh siswa. Demikian pula halnya pemakaian buku teks oleh guru. Buku pedoman guru memuat tentang cara pemakaian buku teks siswa oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya, buku teks siswa bagi guru, di dalamnya memuat petunjuk-petunjuk praktis yang dapat memberikan arahan kepada guru dalam membina siswa mempelajari materi yang ada dalam buku teks.

Dengan nilai direktif yang dimiliki oleh buku teks, hubungan guru dan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar dapat terarah dan lebih efektif.

7. Nilai Efisiensi Buku Teks

Sebagai seorang siswa mereka mempunyai keterbatasan dalam menerima informasi dari guru yang lebih banyak disampaikan secara verbalis. Siswa mempunyai daya dengar dan tangkap yang berbeda. Dengan waktu yang relative singkat tidak mungkin guru dapat menyajikan materi secara lengkap.

Buku teks yang mempunyai daya sebar yang merata dan mudah terjangkau oleh siswa sangat menguntungkan bagi siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Guru juga dengan mudah dapat membina siswa karena terbantu oleh adanya buku teks. Guru tidak lagi sibuk memilih materi, tidak merasa terbebani jika materi pelajaran tidak bisa diselesaikan pada waktunya, dan guru tidak perlu bersusah payah menyediakan materi catatan untuk siswa. Siswa pun merasa terbantu oleh buku teks karena siswa tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mencatat pelajaran.

8. Nilai Praktis Buku Teks

Buku teks yang baik harus mempertimbangkan masalah pemakaian oleh guru dan siswa. Dalam hubungan ini, BT harus menata materinya sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar sendiri di rumahnya tanpa bimbingan guru. Hal ini menjadi tanggung jawab buku teks sehingga didalamnya dimuat petunjuk-petunjuk yang memudahkan siswa belajar. Petunjuk-petunjuk yang diberikan berupa arahan kepada siswa tentang pemakaian buku teks dalam belajar sendiri di rumah.

Di samping itu, buku teks juga menyajikan materi pelajaran yang praktis sesuai dengan konteks pemakaian bahasa yang ada. Materi pelajaran yang terpilih memungkinkan siswa dapat mempergunakan bahasa sesuai dengan kebutuhan siswa baik secara alamiah, social, dan sebagainya. Bahasa ilmiah akan berbeda dengan bahasa yang dipakai dalam bidang sastra. Tujuan pengajaran berbahasa yang utama adalah membina keterampilan berbahasa siswa sehingga siswa mampu mengungkapkan idenya secara tepat. Oleh karena itu, buku teks menyajikan materi yang melatih siswa ke arah terampil berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).

9. Nilai Akademis Buku Teks

Secara material, BT menyajikan materi pelajaran sesuai dengan tuntutan akademis, sesuai dengan harapan lembaga pendidikan menurut tingkat dan jenis pendidikan. Pilihan materi dipersiapkan untuk membina siswa mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mampu mengungkapkan gagasan secara tepat kepada siswa, mampu mempengaruhi siswa, mampu menuangkan materi pelajaran kepada siswa secara aktif. Jadi, materi yang ada dalam buku teks disesuaikan dengan tingkat dan jenis pendidikan lembaga bersangkutan. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu mengembangkan, mencari, dan menemukan pengalaman secara aktif dan kreatif sehingga melalui buku teks siswa terbina untuk selalu berpikir ilmiah dan peka terhadap lingkungan.

10. Nilai Didaktis – Metodis Buku Teks

Buku teks yang disusun bertolak dari segi psikologis siswa agar materi pelajaran dapat dengan mudah dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, sajian materi pelajarannya dimaksudkan untuk membina baik secara fisik maupun psikologis. Penataan materi pelajaran secara metodis akan memudahkan siswa mempelajari materi yang ada dalam buku teks. Materi pelajaran buku teks ditata secara sistematis menurut urutan kemudahan materi itu dicerna oleh siswa, terbentuknya kemampuan siswa untuk mengembangkan materi itu, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan praktis siswa. Materi-materi dalam buku teks dikelompokkan dalam bab atau unit-unit pelajaran. Tataan materi sangat diwarnai oleh sajian materi kurikulum.

Tataan materi pelajaran yang ada dalam buku teks memudahkan guru mengajar, sebab terdapat petunjuk-petunjuk praktis dalam menyajikan pelajaran kepada siswa. Di samping itu, pilihan materi dalam buku teks juga bersifat mendidik. Mendidik, membina siswa secara psikologis mengharapkan siswa memiliki kepribadian luhur, sesuai dengan Pancasila sebagai ideology bangsa dan negara.



BAB III

PEMBAHASAN

1. Nilai Edukatif Buku Teks

Buku teks dalam penampilannya di lembaga pendidikan mempunyai arti tersendiri bagi pendidikan. BT memuat sajian materi pelajaran yang sangat kompleks, bukan saja materi linguistik, tetapi juga materi-materi lainnya. Pilihan materi pelajaran sering dikaitkan dengan masalah-masalah social, budaya, da juga ilmu pengetahuan lainnya. Dengan sajian materi yang sangat kompleks itu diharapkan dapat dijadikan sebagai usaha pembinaan siswa. Mendidik siswa mengenal kemajuan zaman, lingkungan hidup, hakikat hidup, sopan santun pergaulan, dan sebagainya.

Menurut saya, buku yang saya analisis ini mengandung nilai edukatif. Hal tersebut dapat dilihat pada materi-materi yang disajikan. Materi pelajaran yang disajikan dikaitkan dengan masalah-masalah sosial, budaya, dan juga ilmu pengetahuan lainnya. Buku teks yang dikarang oleh Dwi Hariningsih, dkk ini memerikan suatu pendidikan kepada siswa secara psikologis sehingga siswa memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang positif dalam berbahasa Indonesia menurut konteksnya. Hal ini terbukti dengan adanya materi-materi yang mampu mengasah empat keterampilan bahasa yaitu keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

Hal ini tergambar dengan jelas pada setiap pokok-pokok pembelajaran. Mulai dari kegiatan pembelajran 1 sampai dengan pembelajaran 10. Kita bisa melihat dari materi sajian yang disampaikan mencakup pengetahuan mengenai masalah-masalah social, kebudayaan, lingkungan, kesehatan, hiburan, dan sebagainya. Materi pelajaran yang disampaikan dalam buku ini dikaitkan dengan berbagai masalah yang ada dalam masyarakat serta disesuaikan dengan perkembangan IPTEKS sehingga siswa memperoleh pengetahuan lebih.

2. Nilai Psikologis Buku Teks

Setiap siswa mempunyai irama perkembangan kejiwaan yang berbeda, minat, serta latar belakang psikologis yang berbeda pula. Dalam keberbedaan ini, masingmasing siswa mempunyai penyikapan yang berbeda-beda terhadap materi pelajaran. Menyadari hal ini, penyusun buku teks telah memperhitungkan pemilihan materi pelajaran dalam buku teks agar sesuai dengan kondisi psikologis siswa dalam belajar.

Menurut saya, penyusun telah memasukkan nilai psikologis dalam karyanya. Penulis menyadari bahwa siswa mempunyai irama kejiwaan yang berbeda, minat yang berbeda, dan mempunyai latar belakang psikologis yang berbeda pula. Hal tersebut terlihat dari cara penyusun menyusun materi. Materi disusun dimulai dari materi atau masalah yang mudah ke hal yang sulit., materi dimulai dari hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks.

Penulis dalam buku ini berusaha membirikan bobot materi sajian yang berbeda-beda pada setiap pembelajaran. Mulai dari pembelajaran 1 yang tergolong mudah, terus mengalami perkembangan atau memiliki bobot yang lebih sulit pada setiap pembelajarannya. Adanya tingkatan kesulitan ini menunjukan penulis telah memasukan dan memperhatikan unsure psikologis dalam penyusunan buku teks.

Contohnya bisa kita lihat pada bab 4 tentang kesehatan. Tingkat kesulitan materi terus bertambah pada setiap sub materinya. Mulai dari materi mendengarkan dialog atau wawancara (49), yang menurut saya materinya masih sederhana. Kemudian dilanjutkan dengan materi musikalisasi puisi (51) yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari mendengarkan dialog atau wawancara. Hal ini terus berlanjut sampai dengan bab 10, yang tingkat kesulitan dan kekomplekan materinya bertambah.

3. Nilai Ilmiah Buku Teks

Secara ideal sebuah BT harus memuat sajian materi pelajaran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian pesat sesuai perkembangan kemajuan zaman.

Di dalam buku ini telah terkandung nilai ilmiah karena materi yang disajikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal tersebut terlihat pada materi membaca tajuk rencana dalam surat kabar serta menulis artikel jurnalisik. Semua sajian materi itu bertujuan untuk mengenalkan siswa tentang berbagai perkembangan teknologi di masyarakat yang terus berkembang seiring dengan tingkat kreativitas dan inovasi manusia yang terus berkembang Maka dari itu jelas dikatakan bahwa buku ini mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi siswa.

Pada bab I tentang Energi dan Gas, siswa akan disajikan dan diberikan informasi tentang apa itu BBM serta bagaimana pemanfaatanya. Tentunya informasi ini akan memberikan pengetahuan baru bagi siswa, atau menambah pengetahuan siswa.

4. Nilai Sosiokultural Buku Teks

Seleksi materi pelajaran dalam buku teks disesuaikan dengan kondisi lingkungan social budaya siswa, latar belakang kebahasaannya, pandangan hidupnya, adat istiadatnya, system kemasyarakatannya, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar sajian materi dalam buku teks tidak bertentangan dengan lingkungan siswa dan materi itu sesuai dengan kehidupan nyata yang bisa dialami siswa.

Menurut saya, pada buku ini terkandung nilai sosiokultural. Hal ini terbukti dengan adanya materi yang berkaitan dengan kesenian. Pada bab 2 tentang seni itu indah. Pada bab tersebut dijelaskan mengenai kesenian dan seluk beluk kesenian yang ada dalam masyarakat, dan menurut saya kesenian termasuk dalam bidang sosiokultural peserta didik. Hal ini menandakan bahwa sajian materi pada buku ini tidak bertentangan dengan lingkungan siswa dan materi itu sesuai dengan kehidupan nyata yang bisa dialami siswa. Dengan demikian materi pelajaran ini sesuai dengan pengalaman siswa, akrab dengan siswa, dan mudah diterima oleh siswa.

Selain itu, pada bab 6 tentang Olah Raga juga membahas berbagai hal yang berkaitan dengan sosiokultural siswa. Pada pokok bahasannya, disampaikan tentang kesenian pencak silat yang merupakan warisan budaya asli nusantara Pokok pembelajaran ini sudah jelas sangat dekat kaitannya dengan sosiokultural siswa.

Hampir pada stiap bab pada buku ini sangat berkaitan dengan seni. Pada bab-bab tersebut disampaikan pembahasan tentang karya sastra dan kesenian.

5. Nilai Politis Buku Teks

Buku teks pada dasarnya merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk menciptakan kondisi social budaya Negara Indonesia melalui pendidikan. Oleh karena itu, isi buku teks harus mengandung rangsangan dan arahan sesuai dengan harapan kbijakan pemerintah dalam mencapai tujuan bangsa Indonesia melalui pembangunan, penciptaan kondisi politik yang mantap, ketahanan nasional, stabilitas nasional, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Nilai politis yang terkandung di dalam buku ini terletak pada bab 4 yaitu mengenai kesehatan. Di dalam pelajaran itu termuat pembahasan mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan. Dalam kutipan materinya disampaikan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi konsumen dari barang-barang yang dicurigai mengandung formalin.

Selain itu, pada bab 9 mengenai Pertanian juga disampikan sebuah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dalam upaya menanggulangi harga gabah yang terus melorot. Pemerintah terus berupaya membantu petani.

Pada bab 9, juga disamapaikan sub bab mengenai materi diskusi (125). Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa diskusi merupakan salah satu pengamalan pancasila dan undang-undang dasar 1945 yaitu mengenai mengungkapkan pendapat dimuka umum.

6. Nilai Direktif Buku Teks

Buku teks mempunyai nilai direktif bagi guru dan siswa. Buku teks memuat hal-hal yang memberikan arah dan petunjuk yang dilakukan oleh guru dalam mengajar dan oleh siswa dalam belajar. Hal ini tampak pada materi-materi pelajaran yang selalu disertai dengan petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan oleh siswa.

Menurut saya, pada buku ini sudah terkandung nilai direktif. Hal itu terbukti dengan adanya petunjuk atau arahan yang harus dilakukan siswa dalam belajar. Buktinya pada materi diskusi yang dilengkapi dengan petunjuk siswa ditugaskan untuk membuat beberapa kelompok, kemudian tiap kelompok mengemukakan pendapatnya masing-masing dan dalam materi diskusi tersebut telah dilengkapi dengan materi yang harus didiskusikan.

Tidak hanya itu, setiap pelatihan untuk siswa pada tiap sub materinya, juga disertai suruhan atau petunjuk bagi siswa dalam mengerjakan berbagai tuntutan yang ada dalam buku ini.

7. Nilai Efisiensi Buku Teks

Sebagai seorang siswa mereka mempunyai keterbatasan dalam menerima informasi dari guru yang lebih banyak disampaikan secara verbalis. Siswa mempunyai daya dengar dan tangkap yang berbeda. Dengan waktu yang relative singkat tidak mungkin guru dapat menyajikan mteri secara legkap.

Menurut saya, pada buku ini telah terkandung nilai efisiensi sehingga guru dan siswa lebih mudah memahaminya. Hal ini terbukti pada materi membaca tajuk dalam surat kabar. Dalam materi ini telah disampaikan beberapa pengertian yang mendukung kegiatan pembelajaran siswa, seperti definisi tajuk, serta unsure-unsur yang mendukung sebuah tajuk rencana. Hal ini tentunya member kemudahan bagi siswa sehingga mereka tidak mengalami kesulitan selama memahami materi tersebut. Kalau seandainya tidak ada guru yang membimbingnya, siswa juga mampu belajar sendiri karena semua pengertiannya telah ada dalam buku itu.

8. Nilai Praktis Buku Teks

Buku teks yang baik harus mempertimbangkan masalah pemakaian oleh guru dan siswa. Dalam hubungan ini, BT harus menata materinya sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar sendiri di rumahnya tanpa bimbingan guru.

Pada buku ini hampir semua materi telah terkandung nilai praktisnya. Hal ini terbukti bahwa adanya petunjuk-petunjuk pada setiap materi yang ada dalam buku ini. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa untuk memahami materi pada saat dia belajar sendiri tanpa bimbingan guru. Materi materi yang ada pada buku ini melatih siswa ke arah terampil berbahasa yaitu berbicara, menyimak, membaca dan menulis.

9. Nilai Akademis Buku Teks

Secara material, BT menyajikan materi pelajaran sesuai dengan tuntutan akademis, sesuai dengan harapan lembaga pendidikan menurut tingkat dan jenis pendidikan.

Materi pada buku ini telah sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikan lembaga bersangkutan. Buku ini ditujukan untuk siswa kelas IX SMP/MTs. Maka dari itu buku ini telah memiliki nilai akademis.

10. Nilai Didaktis – Metodis Buku Teks

Buku teks yang disusun bertolak dari segi psikologis siswa agar materi pelajaran dapat dengan mudah dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, sajian materi pelajarannya dimaksudkan untuk membina baik secara fisik maupun psikologis.

Menurut saya, penyajian materi pada buku ini telah tersusun secara sistematis menurut urutan kemudahannya. Pilihan materi pelajaran pada buku ini bersifat mendidik. Yaitu membina siswa secara psikologis mengharapkan siswa yang berkepribadian luhur, sesuai dengan pancasila. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai pelajaran yang mampu mendidik siswa secara psikologis. Adapun urutan pelajarannya dimulai dari Energi dan Gas, Seni itu indah, Peristiwa, Kesehatan, Sastra Cermin Kehidupan, Olah Raga, Pramuka melatih jiwa mandiri, Lingkungan Kita, Pertanian, dan Pendidikan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Penutup

Pada pembahasan telah disampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam buku Membuka Jendela Ilmu Pengetahuan Bahasa dan Sastra INDONESIA 3 SMP/MTs karangan Dwi Hariningsih dkk. Dari hasil pembahasan, dapat penulis simpulkan bahwa buku teks ini cukup baik dan telah layak digunakan untuk kegiatan pembelajran di sekolah-sekolah pada jenjang SMP kelas 3. Ini dikarenakan buku ini telah memenuhi persyaratan mengenai buku teks yang baik. Buku ini telah mengandung nilai-nilai yang dibutuhkan dalam buku teks. Jadi secara umum buku ini baik dan layak digunakan untuk membantu kegiatan pembelajaran di sekolah.

4.2 Simpulan

Sebaik-baiknya buku teks yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, semuanya tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya kreativitas dari guru serta keinginan yang besar dari siswa untuk belajar. Dalam menyikapi penggunaan buku teks, sangat dibutuhkan kreativitas guru.

Analisis Buku Teks

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Buku teks memiliki keterkaitan dengan proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru dan lebih-lebih calon guru hendaknya membekali dirinya dengan pengetahuan tentang telaah buku teks.
Kehadiran buku teks di lembaga pendidikan yang memang kondisinya sangat kompleks sudah tentu mempunyai nilai tertentu. Nilai butu teks bergantung pada bobotnya, juga pada misi, dan juga fungsinya.
Buku teks dikatakan mempunyai nilai yang tinggi dalam proses belajar mengajar karena adanya kenyataan bahwa pemegang mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah tidak sedikit bukan bidangnya. Jelas, mereka menguasai bidang bahasa Indonesia sebagi materi pelajaran, tetapi tidak banyak mengeetahui strategi pengajaran bahasa Indonesia, menentukan materi pelajaran, menyajikan materi pelajaran, dan tidak bisa mengevaluasi hasil belajar-mengajar.
Dalam interaksi belajar-mengajar tidak hanya diperlukan seorang pengajar dan peserta didik, melainkan juga diperlukan sebuah alat pembelajaran. Salah satunya adalah buku teks (BT). Dengan adanya buku teks, guru dan siswa akan terbantu dalam memperlancar proses belajar-mengajar.
Seorang guru diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kritis terhadap keberadaan buku teks sebagai pendukung kurikulum yang berlaku, yang pengadaannya semakin gencar dilakukan. Tahap selanjutnya, guru dapat mengkaji buku teks dan hubungannya dengan kurikulum sehingga guru tidak hanya sekadar menerima apa saja yang ada dalam buku teks, namun mampu memahami, mengkritisi dengan menelaah buku teks, yang pada akhirnya guru mampu menyusun sebuah buku teks sederhana. Paling tidak buku teks tersebut digunakan di lingkungan sekolah yang bersangkutan saja.
Buku teks memegang peranan penting dalam pengajaran yang dapat memperlancar aktivitas siswa dalam pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Semakin baik kualitas buku teks, maka semakin sempurna pengajaran mata pelajaran yang ditunjang oleh buku teks tersebut. termasuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Buku teks mengenai bahasa Indonesia yang bermutu, jelas akan meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Indonesia dan hasil pengajaran bahasa Indonesia.
Sebuah buku teks tidak hanya perlu ditelaah dari segi nilainya, tetapi juga ditelaah dari segi jangkauan materi pelajarannya. Jangkauan materi pelajaran yang dimaksud adalah luas lingkup masalah yang berhubungan dengan system dan struktur bahasa serta pemakaian bahasa.
Banyaknya pengadaan buku teks oleh pihak-pihak penerbit, menyebabkan guru kesulitan dan kebingungan dalam menentukan buku teks yang akan digunakan. Oleh karena itu, seperti hal yang penulis ungkapkan di atas, seorang guru harus pandai memilih buku teks yang sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pengadaan buku teks yang disajikan oleh banyak penulis membuat kualitas buku teks juga menjadi beragam. Ada buku teks yang memiliki kualitas tinggi, kualitas sedang, dan ada pula buku teks yang memiliki kualitas rendah.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka sudah sepatutnya seorang guru memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menelaah sebuah buku teks untuk menyesuaikan buku teks dengan kurikulum yang berlaku sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana isi buku teks ditinjau dari segi jangkauan materi pelajarannya?
2. Apa saja pendekatan atau metode yang digunakan dalam mengaplikasikan materi pelajaran dengan keterampilan siswa?
3. Bagaimana presentase masing-masing jangkauan materi?

1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui isi buku teks ditinjau dari segi jangkauan materi pelajarannya.
2. Untuk mengetahui pendekatan atau metode yang dugunakan dalam mengaplikasikan materi pelajaran dengan keterampilan siswa.
3. Untuk mengetahui presentase masing-masing jangkauan materi.

1.4 MANFAAT PENULISAN
Telaah yang penulis lakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kajian telaah buku teks.
1. Untuk dunia pendidikan, telaah buku teks SMP ini bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen sebagai bahan kajian dalam menentukan kualitas buku teks yang baik dan sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan.
2. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan telaah buku teks ini menambah hasil kajian tentang kelemahan dan keunggulan sebuah buku teks. Dengan demikian penyusun buku teks dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya dalam rangka meningkatkan kualitas buku teks sebagai bahan pengajaran.

1.5 METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode pustaka. Penulis menggunakan sumber-sumber berupa buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. dan modul Telaah Buku Teks.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 MATERI PELAJARAN DITINJAU DARI SEGI ISINYA
Dilihat dari segi isi materinya pelajaran yang akan diajarkan oleh guru harus benar-benar dipahami dan dikuasai oleh siswa. Karena penulis menelaah mengenai buku teks bahasa Indonesia, maka isi buku teks yang dibicarakan memuat materi pelajaran yang berupa bahasa Indonesia. Namun, tidak semua materi pelajaran bahasa Indonesia harus disajikan dalam buku teks mengingat adanya perbedaan tingkat lembaga pendidikan (SD, SMP, dan SMA). Pada kesempatan ini penulis menelaah buku teks bahasa Indonesia yang berjudul AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Dalam materi buku teks yang menjadi focus utama adalah bahasa Indonesia, tanpa harus mengabaikan factor-faktor yang lain, seperti factor psikologis (kejiwaan). Masalah psikologis memiliki peranan yang sangat besar dalam memilih dan menata materi pelajaran bahasa Indonesia dalam buku teks. Factor psikologis ini mempertimbangkan bagaimana materi pelajaran itu dipilih dan disajikan agar mudah diterima oleh siswa dan tataan yang bagaimana dapat memberikan motivasi belajar siswa, dan lain sebagainya.
Dalam pengajaran bahasa Indonesia banyak metode pengajaran yang dikembangkan. Menurut Mackey, metode yang terbaik adalah metode eklektik, yaitu metode yang mengambil kekuatan-kekuatan metode-metode yang eksklusif berdasarkan masalah nyata yang dihadapi. Kekuatan-kekuatan metode ini menjadikan bahan baku metode eklektik.
Walaupun demikian, perlu disesuaikan juga dengan kebutuhan siswa, dan kondisi yang menunjang. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengidentifikasikan dan mengharmonikan materi yang ada di dalam buku teks dengan situasi dan kondisi yang ada. Buku teks bahasa adalah salah satu jenis buku dari bermacam-macam buku yang dikembangkan dalam pengajaran bahasa. Pengajaran bahasa yang dimaksudkan termasuk pula kesusastraan dan keterampilan. Karakteristik buku teks berbeda dengan jenis buku yang lain. Perbedaannya:
a) Isinya, yaitu memuat perangkat materi pelajaran yang tataannya diatur menurut prinsip-prinsip metode tertentu, seperti dari jangkauan, seleksi, dan penyajian materi pelajaran.
b) Fungsinya, yaitu berfungsi sebagai sumber dan sekaligus srbagai sarana penunjang proses belajar-mengajar bahasa oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang dikehendaki.

2.2 JANGKAUAN MATERI PELAJARAN
Unsur yang paling penting dari sebuah buku teks adalah isinya yang berupa materi pelajaran. Jangkauan materi pelajaran dalam buku teks bahasa adalah luasnya lingkup masalah yang berhubungan dengan system dan struktur bahasa serta pemakaian bahasa. Jangkauan materi pelajaran meliputi:
a. Jangkauan kebahasaan atau linguistik
 Bahasa sebagai suatu system berarti bahwa bahasa itu mempunyai struktur sebagai suatu ketetapan kaidah. Struktur yang membentuk system dalam pemakaiannya tidak dapat dipisahkan. Bahasa merupakan kesatuan struktur yang bersistem. Oleh karena itu, materi peljaran bahasa harus mencakup system dan struktur yang meliputi: fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, semantik.
 Pemakaian bahasa dalam masyarakat tentu bertolak dari system dan struktur yang ada. Oleh karena itu, materi pelajaran bahasa harus mencakup pemakaian bahasa dengan jangkauan materi di bidang-bidang kosa kata, ungkapan, istilah, dan lain sebagainya.
 Bahasa yang dipelajari tentu mempunyai perkembangan. Sejarah perkembangannya tidak bisa terlupakan. Jangkauan materi pelajaran harus mempertimbangkan sejarah bahasa, gejala baru yang tampak dalam bahasa yang dipelajari, dan masalah-masalah interferensi bahasa pertama ke dalam bahasa kedua.


b. Jangkauan social budaya
Pemakaian bahasa kedua harus sesuai dengan konteks social budaya pada masyarakat pendukungnya. Nilai komunikasi dalam berbahasa ditentukan oleh latar belakang social budaya pemakai bahasa dan lingkungan hidup bahasa. Bahasa dalam kehidupannya juga dipengaruhi oleh beberapa system social atau kondisi social budaya pemakai bahasa. Jangkauan materi social budaya mencakup materi pelajaran yang berhubungan dengan bidang-bidang kehidupan manusia: agama, kepercayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, bahasa, system social kemasyarakatan, mata pencaharian dan system ekonomi, peralatan dan perlengkapan hidup manusia.

c. Jangkauan psikologis atau kejiwaan
Pengajaran bahasa pada dasarnya membentuk psikologi siswa secara positif. Pengajaran bahasa hendaknya meliputi tiga aspek seperti yang dikemukakan oleh Bloom yaitu cognitive domain, psychomotor domain, dan afeective domain. Sehubungan dengan hal tersebut jangkauan materi pelajaran hendaknya dimaksudkan untuk membina:
• Pengetahuan tentang bahasa
• Keterampilan berbahasa secara produktif maupun reseptif yang menyangkut keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
• Sikap mental berbahasa, seperti pembinaan rasa hormat, bangga, setia, prihatin terhadap bahasa Indonesia.

d. Jangkauan kesusastraan
Jangkauan bahasa Indonesi melibatkan persoalan kesusastraan. Berbeda dengan pengajaran bahasa lain di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pengajaran bahasa Inggris misalnya. Pengajaran bahasa Inggris lebih banyak menekankan pada keterampilan dan pengetahuan tentang bahasa. Pengajaran bahasa Indonesia lain lagi persoalannya. Pengajaran lebih kompleks sifatnya. Di samping bertujuan membina pengetahuan, keterampilan dan sikap, juga membina seni bahasa termasuk kesusastraan. Oleh sebab itu jangkauan materi pelajaran yang berupa kesusastraan harus dilibatkan dalam buku teks bahasa Indonesia sesuai dengan struktur, misi, aliran, dan lain sebagainya. Dalam hal ini materi pelajaran kesusastraan mencakup:
• Bentuknya, seperti : puisi, prosa, drama, dan prosa liris.
• Zamannya atau masanya: kesusastraan lama, kesusastraan peralihan, dan kesusastraan baru. Isinya: epic, lirik, didaktik, dramatic.
• Penguasaannya: teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra, dan apresiasi sastra.
Jangkauan materi pelajaran tentu sangat luas dalam pengajaran bahasa Indonesia. Jangkauan yang diuraikan di atas harus dirinci lagi menjadi bagian-bagiannya yang lebih mendalam. Jangkauan materi pelajaran inilah yang perlu dijadikan pegangan dalam memilih materi pelajaran untuk siswa sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikannya. Oleh karena itulah, jangkauan materi pelajaran ini perlu diadakan pemilihan (seleksi) agar sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikan, perkembangan mental siswa, dan lingkungan belajar siswa menurut prinsip-prinsip metode tertentu. Dalam penyusunan materi pelajaran menurut prinsip-prinsip metode tertentu, ada beberapa factor yang menentukan, misalnya:
1) Seleksi materi
2) Gradasi
3) Presentasi
4) Repetisi.

2.3 METODE DAN PENDEKATAN
Metode pembelajaran adalah cara penggolongan peserta didik. Pada dasarnya metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan pada buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. bergantung dengan isi materinya. Dalam hal ini metode X belum tentu sesuai dengan semua materi yang disajikan. Metode atau pendekatan yang digunakan guru dalam pengajaran harus bervariasi untuk menghindari kebosanan siswa. Hal ini dapat dilakukan guru dengan cara memvariasikan metode ceramah, diskusi kelompok, individu, presentasi, demonstrasi, bermain peran, dan lain sebagainya.

BAB III
PEMBAHASAN

Sebuah buku teks tidak hanya dapat ditelaah dari segi nilai yang terkandung di dalamnya, melainkan juga dapat ditelaah dari segi jangkauan materinya. Penulis menelaah buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. disusun dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

3.1 JANGKAUAN MATERI PELAJARAN
a. Jangkauan Kebahasaan
Setiap buku teks Bahasa Indonesia, dalam penyusunannya pasti memperhatikan jangkauan kebahasaan. Walaupun kita mengetahui bahwa dewasa ini pengajaran bahasa Indonesia menggunakan pedekatan komunikatif, namun jangkauan kebahasaan masih tetap diperhatikan. Dalam buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. Juga memperhatikan jangkauan kebahasaan. Hal ini bosa kita temukan pada Pelajaran I Kreativitas tepatnya halaman 9. Pada halaman tersebut disampaikan tentang kaidah bahasa. Hal penting yang disampaikan pada kaidah bahasa adalah mengenai kalimat majemuk. Selain itu, pada materi Menanggapi Pembacaan Pantun halaman 10 juga digabungkan antara kajian sastra dengan bahasa. Pada materi ini disampaikan tentang pelafalan dan intonasi yang baik.
Selain itu, pada Pelajaran 4 Menganalisis Cerpen halaman 49 juga disampaikan tetang kaidah bahasa. Pada halaman ini, disampaikan tentang kalimat yang memiliki makna ganda. Halaman 60 pada pelajaran 4, juga disampaikan tentang kaidah bahasa. Kali ini kaidah bahasa yang diangkat adalah tentang penggunaan bentuk terikat.
Pada pelajaran 7 Kegiatan, halaman 123 disampaikan tentang kaidah-kaidah penggunaan imbuhan ter- dan di- yang merupakan imbuhan produktif dalam bahasa Indonesia. Tidak hanya itu, pada pelajaran 9 Seni Peran juga disampaikan materi tentang bahasa. Materi tersebut berkaitan dengan penggunaan pola paragraph deduktif dan induktif pada halaman 144-145.

b. Jangkauan Sosial Budaya
Jangkauan materi social budaya mencakup materi pelajaran yang berhubungan dengan bidang-bidang kehidupan manusia: agama, kepercayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, bahasa, system social kemasyarakatan, mata pencaharian dan system ekonomi, peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
Dalam buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. Juga memperhatikan jangkauan social bahasa. Pada pelajaran 1 Kreativitas halaman 3-4 disampaikan sebuah wacana tentang Buku Jendela Ilmu. Hal ini termasuk dalam kajian social budaya, karena wacana tersebut menyampaikan dan memberikan informasi kepada pembaca tentang arti penting buku dalam kehidupan kita. Selain itu, pada bab yang sama, juga disampaikan wacana tentang Menumbuhkan Kreativitas di Tempat Kerja pada halaman 5. Wacanan ini juga termasuk ke dalam jangkauan social budaya.
Tidak hanya itu, dalam buku teks ini pada pelajaran 3 Lingkunga, tepatnya halaman 33-34 juga disampaikan tentang artikel yang berkaitan dengan lingkungan khususunya polusi yang menghantui kehidupan ini. Sudah barang tentu artikel ini ada kaitannya dengan tinajauan Sosial budaya yang kita kaji. Karena seperti yang kita ketahui polusi dan teknologi pencegahannya sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Pada pelajaran 6 Aktivitas Berbahasa, ada sebuah artikel yang menurut penulis merupakan atau termasuk dalam jangkauan social buadaya. Artikel itu berjudul Bumi dari Ruang Angkasa tepatnya pada halaman 89. Menurut penulis, artikel itu sangat identik dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga dapat dimasukan ke dalam jangkauan social budaya. Pada halaman 90, juga diulas sebuah artikel yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Artikel tersebut mengambil judul Bahasa pengaruhi Mata Kanan. Menurut penulis, sangat relevan jika artikel ini termasuk dalam jangkauan social budaya. Tidak hanya itu, pada bab yang sama, juga ada artikel yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Artikel tersebut berjudul Mengenal Buku Elektronik (E-book) tepatnya berada pada halaman 93.

c. Jangkauan Psikologi
Jika dilihat dari jangkauan psikologi, buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. telah memenuhi jangkauan psikologi. Setiap bab atau atu tema dalam buku teks ini sudah disediakan pengajaran bahasa yang meliputi tiga aspek seperti yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu aspek kognitif, aspek psikomotor, dan aspek afektif, namun kuantitas ketiga aspek tersebut berbeda-beda. Hampir sebagian besar buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. terdiri dari materimateri yang berkaitan dengan aspek psikomotor. Hal ini dikarenakan dalam buku teks ini banyk menyajikan tugas-tugas yang melibatkan kemampuan fisik dari masing-masing peserta didik, baik secara individu maupun secara berkelompok. Aspek kognitif ini disajikan sebelum tugas-tugas. Sementara itu, aspek afektif pada buku ini disajikan dengan materi Kegiatan Lanjutan. Kegiatan Lanjutan merupakan latihan dalam bentuk tugas. Tugas ini dapat dilakukan secara individu ataupun berkelompok. Selain itu, kegiatan ini dapat dilakukan di sekolah ataupun di rumah tanpa membebani waktu belajar Anda. Kegiatan lanjutan ini bertujuan agar Anda lebih mengaplikasikan materi dalam kehidupan.
Pada aspek afektif ini, siswa diharapkan memahami dan mengenali potensi dirinya sendiri. Mampu menumbuhkan sikap positif, dan memacu motivasinya untuk meningkatkan kecakapan hidupnya (life skill). Selain itu, dalam buku teks ini, juga ada bagian Refleksi Pelajaran. Bagian ini merupakan kolom refleksi Anda setelah mempelajari suatu materi. Dengan kata lain, kolom ini merupakan bentuk tindak lanjut setelah Anda mempelajari suatu materi. Dengan demikian, Anda tidak saja berkutat dalam memahami materi bahasa dan sastra, tetapi Anda dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-sehari atau di masa yang akan datang.
Di samping itu, buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. sudah mencantumkan materi-materi yang dimaksudkan untuk membina peserta didik berkaitan dengan keterampilan berbahasa. Adapun materi-materi yang berkaitan dengan jangkauan psikologi, diantaranya:
Pelajaran 1 Kreativitas hal. 1-16
a. Mendengarkan : Menyimak pembacaan teks informasi
b. Membaca : Membaca dan Memahami Artikel
c. Berbicara : Menanggapai Pembacaan Pantun
d. Menulis : Menulis Resensi Buku Nonfiksi

Dalam buku teks ini, ada beberapa bab dalam buku ini yang jangkauan psikologinya tidak teratur atau bahakan tidak ada. Hal ini bisa kita temukan pada beberapa bab, seperti,
Pelajaran 2 Pendidikan hal.17-30
a. Berbicara : Berdiskusi
b. Menulis : Menulis Laporan Diskusi


d. Jangkauan Kesastraan
Buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. sudah melibatkan persoalan kesusastraan. Jangkauan materi pelajaran yang berupa kesusastraan dalam buku ini mencakup bentuk sastra, zaman atau masa sastra, penguasaan ilmu tentang sastra, serta pengarang atau sastrawan, juga tidak luput hasil karya sang sastrawan.
Sebagian besar materi yang terdapat dalam buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. merupakan sajian materi yang memaparkan bentuk sastra serta pengrang atau sastrawan juga hasil karyanya. Untuk sajian materi tentang sastrawan cukup banyak disajikan. Dalam buku teks ini juga disampaikan sebuah materi Sastrawan dan Karyanya. Kolom pengayaan ini hadir agar Anda dapat lebih jauh mengenal profil sastrawan. Adapun tujuan lainnya adalah agar Anda lebih mengetahui karyakarya sastra apa saja yang pernah mereka hasilkan. Dalam hal ini, judul karya-karya sastra tersebut dapat menjadi referensi bagi Anda yang ingin membaca karya-karyanya secara lebih mendalam.
Adapun beberapa materi dalam buku ini yang berkaitan dengan jangkauan kesusastraan sebagai berikut.
a. Membaca dan Menanggapi Pantun
b. Membacakan Puisi Karya Sendiri
c. Menjelaskan Unsur Intrinsik Cerpen
d. Menjelaskan Unsur Intrinsik Novel
e. Membaca Puisi Kontemporer
f. Perbedaan Karakteristik Periodesasi Sastra
g. Mengidentifikasi Gurindam
h. Mengidentifikasi Unsur-Unsur Intrinsik Drama, dll.


3.2 PENDEKATAN ATAU METODE YANG DIGUNAKAN
Metode pembelajaran adalah kegiatan atau cara umum penggolongan peserta didik, sedangkan teknik pembelajaran adalah langkah atau cara khusus yang digunakan pendidik dalam masing-masing metode pembelajaran.
Pada dasarnya, metode atau pendekatan pembeajaran yang dapat digunakan berkaitan dengan buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. bergantung dengan materi atau isinya. Artinya, metode A yang digunakan untuk materi 1, belum tentu hasilnya akan sesuai dengan materi 2.

a. Metode Jangkauan Kebahasaan
Materi yang berkaitan dengan jangkauan kebahasaan pada buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Metode ceramah ini dilakukan guru dalam usaha menyampaikan materi atau teori-teori kebahasaan seperti penyampaian materi struktur dan system bahasa. Metode ceramah merupakan teknik penjelasan materi secara lisan dengan dibantu sarana pembelajaran. Sementara metode diskusi kelompok dimanfaatkan saat siswa akan mengerjakan tugas yang terdapat pada buku teks. Metode diskusi digunakan untuk menyamakan persepsi siswa tetag suatu materi dan mengasah pemahaman siswa terhadap sebuah materi.
Metode diskusi ini pun bisa berupa metode kelompok kecil, yakni metode dengan jumlah anggota terbatas dan terbatas pada anggota yang memiliki hubungan akrab (2-3 orang), atau metode kerja kelompok yang bertujuan membentuk kerjasama dari siswa (5-10 orang). Dengan menggunakan metode kerja kelompok, siswa kemungkinan besar akan menemukan permasalahan yang nantinya akan disampaikan kepada guru (fasilitator).

b. Metode Jangkauan Social Budaya
Dalam menyampaikan sebuah materi dalam kegiatan pembelajaran, tentunya akan terasa lebih menarik jika menggunakan pendekatan yang bervariasi. Selain penggunaan metode diskusi dan ceramah, dalam buku teks ini juga menggunakan metode yang lain. Dalam penyampaian materi yang berkaitan dengan jangkauan social budaya, pada buku teks AKTIF DAN KREATIF BERBAHASA INDONESIA untuk kelas XIISMA/MA Program Bahasa, karangan Abdi Abdul Somad dkk. diharapkan menggunakan metode curah pendapat (Brainstorming), yaitu metode atau teknik pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Perbedaan ini muncul karena perbedaan social budaya masing-masing peserta didik. Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun gagasan dan pendapat dalam rangka menentukan dan memilih berbagai pernyataan materi yang disampaikan oleh guru. Penyampaian ini pun tentu tidak boleh keluar dari topic materi yang dibahas.
Di samping ketiga metode di atas, metode yang mungkin digunakan adalh metode kunjungan lapangan dan metode praktik lapagan. Metode kunjungan lapangan merupakan metode yang dilakukan dengan cara siswa mendatangi atau mengunjungi objek materi bersangkutan. Metode ini bertujuan memberikan pengalaman langsung pada siswa tentang materi yang dipelajarinya. Metode praktik lapangan adalah metode yang digunakan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta didik sesuai dengan materi jangkauan social budaya yang disajikan dalam buku teks.

c. Metode Jangkauan Psikologi
Dilihat dari maksud jangkauan materi psikologi yang bertujuan membina pengetahuan bahasa, keterampilan bahasa, dan sikap mental berbahasa tentunya tidak cukup dengan menggunakan metode ceramah dalam pemaparan materi. Metode diskusi atau kerja kelompok dan metode bekerja individual dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah terkait materi yang disampaikan dirasa masih belum memadai. Oleh karena itu perlu sebuah metode yang dapat mengembangkan keterampilan berbahasa peserta didik.
Ada dua metode lain yang bisa digunakan untuk melengkapi metode-metode sebelumnya, yaitu metode bermain peran (Role Play) dan metode demonstrasi. Metode bermain peran merupakan metode pembelajaran yang menekannkan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status dn fungsi dari pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata. Metode ini dapat digunakan untuk merangsang kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk makin bertambah dan meningkat kemampuannya, seiring perkembangan psikologinya. Metode demonstrasi merupakan teknik yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik terhadap suatu bahan ajar atau materi ajar dengan cara memperhatikan, mendengarkan, menceritakan, dan mempergunakan alat belajar tersebut.


d. Metode Jangkauan Kesusastraan
Pada jangkauan kesusastraan, metode yang digunakan sama dengan metode yang digunakan pada jangkauan psikologi, yakni metode ceramah, metode diskusi atau kerja kelompok, metode individual, metode bermain peran (Role Play), dan metode demonstrasi. Namun, kuantitas penggunaannya berbeda pada masing-masing materi yang diajarkan. Jika dilihat dari jangkauan materi kesastraanya, metode yang dominan digunakan adalah metode bermain pern, mengingat dalam kesusastraan muncul materi pelajaran darama dan metode demonstrasi untuk materi yang menuntut siswa membaca cerpen, novel, puisi, gurindam, dan pantun.

Jumat, 09 Juli 2010

FUNGSI DAN KOMPONEN KURIKULUM

  1. Fungsi Kurikulum

Ada beberapa fungsi dari kurikulum, antara lain.

1. sebagai tolak ukur penentuan kebijakan pendidikan

2. sebagai tolak ukur penentuan kelulusan

3. sebagai pedoman kegiatan pendidikan secara keseluruhan.

4. untuk menyiapkan alat dan guru untuk mencapai tujuan pendidikan.

5. bagi guru sebagai pedoman kerja dalam menyusun rencana pengajaran.

6. untuk mengembangkan individu, mengembangkan potensi yang ada pada diri anak secara optimal.

7. alat pencapaiaan tujuan pengajaran atau pendidikan.

8. sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pelajaran.

9. untuk menyiapkan guru dan untuk mencapai tujuan.

10. sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

11. menurut Prof. A. Beauchamp, fungsi kurikulum adalah

- sebagai dokumen yang dipersiapkan untuk maksud penerapan tujuan dan cakupan, serta urutan isi budaya yang dipilih demi maksud pencapaiaan tujuan terpilih.

- Sebagai suatu sistem yang mempunyai maksud sebagai pengembangan suatu implementasi kurikulum.

- Sebagai suatu bidang studi atau kajian.

12. menurut Drs. Hendyat Soetopo dan Drs. Wasty Soemant, fungsi kurikulum adalah.

- pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar.

- Pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik.

- Pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar.

- Sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut.

- Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.

13. bagi orang tua siswa, kurikulum digunakan untuk membantu usaha sekolah dalam memajukan anak mereka

  1. Komponen Kurikulum

Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni : (1) Tujuan, (2) Materi, (3) Metode, (4) organisasi, dan (5) Evaluasi.

    1. Tujuan kurikulum

Tujuan kurikulum tiap tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikandan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional, khusunya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya. Tujuan ini dikategorikan sebagai tujuan umum kurikulum.

    1. Materi Kurikulum

Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam undang-undang pendidikan tentang sistem pendidikan nasional telah ditetapkan bahwa “isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan yang bersangkuatan dalam rangka upaya mencapai tujuan pendidikan nasional” (Bab IX, Ps.39). sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

a materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran.

b Materi kurikulum mengacu pada pencapaiaan tujuan masing-masing satuan pendidikan. perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.

c Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaiaan materi kurikulum.

Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuan kurikulum yang meliputi :

1) Teoti, ialah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistenatik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

2) Konsep, adalah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari kekhususan-kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.

3) Generalisasi, adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.

4) Prinsip, adalah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

5) Prosedur, adalah suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.

6) Fakta, adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat, dan kejadian.

7) Istilah, adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.

8) Contoh atau illustrasi, ialah suatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.

9) Definisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/suatu kata dalam garis besarnya.

10) Preposisi, adalah suatu pernyataan atau theorem, atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi. Preposisi hampir sama dengan asumsi dan paradigma ( Oemar Hamalik, 1989, h. 84 – 86).

    1. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru. Karena itu penyusunan hendaknya berdasarkan analisa tugas yng mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan prilaku awal siswa. Dalam hubungan ini ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan, yakni :

a pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, dimana materi pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator. Siswa sebagai penerima pesan. Bahan pelajaran adalah pesan itu sendiri. Dalam rangkaiaan komunikasi tersebut dapat digunakan berbagai metode mengajar.

b Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi pembelajaran. Seperti belajar mandiri, belajar moduler, paket belajar dan sebagainya.

c Pendekatan berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat dan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh adalah dengan mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari karyawisata, narasumber, kerja pengalaman, survei, proyek pengabdiaan/pelayanan masyarakat, berkemah dan unit.

    1. Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentu yang masing-masing memiliki ciri tersendiri.

a. mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject)

Kurikulum terdiri dari sejumlah mata ajaran yang terpisah-pisah. Tiap mata ajaran disamapaikan sendiri-sendiri tanpa ada hubungannya dengan mata ajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu, dan tidak mempertimbangkan minat, kenutuhan, dan kemampuan siswa serta materi yang diberikan sama.

b. Mata ajaran-mata ajaran berkorelasi (correlated)

Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akbat pemisahan mata ajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaiakan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut.

c. Bidang studi (broad field)

Beberapa mata ajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama dikorelasikan/difungsikan dalam satu bidang pengetahuan.

d. Program yang berpusat pada anak (childecentered program)

Program ini adalah orientasi baru, dimana kurikulum dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata ajaran. Guru menyampaikan program yang meliputi kegiatan-kegiatan yang menyajikan kehidupan-kehidupan anak.

e. Core program

Core artinya inti atau pusat. Core program adalah suatu program inti berupa suattu unit atau masalah. Masalah itu diambil dari suatu mata ajaran tertentu.

f. Eclectig program

Electig program adalah suatu program yang mecari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang berpusat pada mata ajaran dan yang berpusat pada peserta didik.

    1. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan, dan upaya pembimbingan yang perlu dilakukan. Aspek-aspek yang perlu dinilai bertitik tolak dari aspek-aspek tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran dan tujuan belajar siswa.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators