Kamis, 13 Maret 2014

PENULISAN BILANGAN

          Berbicara mengenai baku tidaknya sebuah kalimat bukanlah sebuah perkara yang mudah. Untuk menentukan baku atau tidaknya sebuah kalimat, kita harus melihat beberapa indikato atau kriteria penentu. Pertama, kalimat dikatakan baku jika memiliki unsur minimal berupa subjek dan predikat. Kedua, dikatakan baku jika sebuah kalimat menggunakan kata yang baku. Ketiga, kalimat baku adalah kalimat yang logis. Keempat, kalimat baku adalah kalimat yang menggunakan ejaan sesuai dengan EYD.
          Salah satu bagian dari ejaan adalah penulisan bilangan dalam kalimat. Untuk menulis bilangan dalam sebuah kalimat perlu diperhatikan aturan sebagai berikut.
  1. Bilangan yang menyatakan tingkatan dapat ditulis dengan angka dan angka romawi. Contoh: abad XX, abad ke-20. Jika sudah menggunakan angka romawi, tidak perlu lagi menggunakan ke-.
  2. Bilangan yang bisa diucapkan dengan satu/dua kata ditulis dengan menggunakan huruf. Contoh: Ika Tunggadewi membeli seribu boneka yang akan dibagikan bagi anak-anak kurang beruntung.
  3. Bilangan yang bisa diucapkan dengan satu/dua kata, tetapi digunakan dalam rincian atau merinci penulisannya tetap menggunakan angka. Contoh: Ika membeli 10 baju, 12 celana, dan 10 pasang sepatu untuk anak-anak di panti asuhan.
  4. Bilangan yang digunakan di awal kalimat harus ditulis dengan huruf, tetapi jika bilangan tersebut lebih dari dua kata maka ubah susunan kalimatnya sehingga angka berada di tengah-tengah atau akhir kalimat. Contoh: Dua boneka Ika hilang saat dijemur di halaman belakang. (Jika boneka yang hilang adalah 21 (dua puluh satu) maka penulisan bilangan tersebut tidak boleh menggunakan huruf. Oleh karena itu, untuk menghindari penggunaan angka di awal kalimat maka ubah susunan kalimatnya. Ika kehilangan 21 boneka saat dijemur di halaman belakang.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators