Rabu, 09 Oktober 2013

Pengajaran Bahasa Indonesia yang Menyenangkan

Hampir tiga tahun saya bergelut dengan dunia pendidikan luar sekolah, sudah banyak suka duka yang saya alami. Sebagai pengajar bahasa Indonesia di Ganesha Operation saya menemukan berbagai problematika permasalahan dalam penggunaan bahasa. Hal ini saya dapat setelah secara lebih intens berkomunikasi mengenai berbagai kesulitan mereka saat belajar bahasa Indonesia di sekolah.

Beberapa permasalahan itu bisa saya rangkum dalam beberapa hal berikut,

  1. Pak, soal bahasa Indonesia itu selalu panjangnya luar biasa, bahkan dalam satu soal wacana yang diberikan bisa mencapai 3 bahkan 4 paragraf, setelah itu pertanyaannya cuma satu dan jawabannya singkat,
  2. Permasalahan yang berikutnya, bahasa baku yang bapak ajarkan itu belum pernah saya dengar, dan itu sangat jarang digunakan. Apa mungkin itu keluar dalam soal ujian?
  3. Pak, kalau lihat soal bahasa Indonesia itu saya langsung mengantuk,
  4. Setiap mau belajar bahasa Indonesia saya jadi malas pak, karena saya merasa sudah terbiasa menggunakannya, jadi buat apa susah-susah belajar?
  5. Permasalahan lainnya, pilihan ganda yang disediakan pada soal bahasa Indonesia cenderung sangat mirip, sehingga cukup menyulitkan siswa dalam menentukan pilihan yang paling tepat,
Hal-hal di atas tentunya akan semakin beragam bergantung pada kultur belajar siswa di daerah yang berbeda-beda. Ini sebenarnya sebuah tantangan bagi kita sebagai pengajar bahasa Indoesia untuk menyiasatinya. Jika bagi teman-teman yang mengajar di sekolah, hal ini harusnya lebih mudah untuk diselesaikan karena intensitas waktu siswa lebih banyak bertemu dengan guru.

Selain itu, guru di sekolah tentunya memiliki jam pertemuan yag lebih banyak sehingga mampu mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran dengan aplikasi langsung, baik berupa tugas langsung maupun PR. Tentunya hal ini akan memberikan pengalaman dan pemahaman yang lebih banyak bagi siswa dalam mengembangkan teori yang diterimanya.

Dengan pengarahan materi secara kontekstual, siswa memiliki bekal yang lebih baik guna menghadapi berbagai persoalan yang muncul, baik untuk menghadapi ulangan harian, tes tengah semester, tes akhir semester, maupun ujian nasional.

Berbeda dengan guru di sekolah, sebagai pengajar luar sekolah mungkin saya memiliki kesulitan yang lebih besar. Selain harus mampu memberikan teori yang pas dengan keterbatasan waktu pertemuan, saya juga harus mampu mengarahkan siswa guna menyelesaikan berbagai permasalahan yang mungkin takut ditanyakannya di sekolah.

Untuk mengatasi kejenuhan dan kesamaan dengan apa yang telah mereka dapat di sekolah, biasanya saya akan memberikan ulasan singkat materi yang ada, kemudian lebih banyak mengaplikasikan dengan kehidupan mereka. Memberikan pengalaman langsung akan sangat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang mereka terima.

Ambil contoh materi yang selalu ada dalam soal ujian, misalnya mengenai Paragraf. Kita bisa mengajak siswa menganalisi hal-hal apa saja yang paling sering keluar dalam soal. Tentu saja ada Ide pokok, Kalimat Utama, Kalimat Sumbang, serta Simpulan. Dengan mengetahui kecenderungan tipe soal, kita ajak soal membuat asosiasi mengenai sebuah paragraf.

Asosiasi ini akan membantu siswa mengingat dengan lebih baik daripada hanya memberikan sebuah definisi, karena tentunya definisi itu akan cepat dilupakan oleh siswa karena tidak memiliki kesan yang mendalam. Mencari dan memberikan kesan ini sebenarnya menjadi kunci kesuksesan kegiatan pembelajaran. Jika siswa mampu terkesan, mampu menggali untuk apa ia harus mempelajari sebuah materi, maka berikutnya materi bahasa Indonesia tidak akan lagi menjadi sebuah momok yang menakutkan, tapi akan menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Jumat, 04 Oktober 2013

Gabungan Kata

1.       Gabungan kata yang terdiri atas dua buah kata dasar ditulis secara terpisah
Misalnya : kambing hitam, tanda tangan, garis bawah, dll.
2.       Jika salah satu unsure gabungan kata tersebut mendapat awalan atau akhiran, maka penulisanya tetap dilakukan secara terpisah
Misalnya: tanda tangani, garis bawahi, dll.
3.       Jika gabungan kata tersebut mendapat awalan dan akhiran, maka gabungan kata tersebut ditulis secara serangkai atau gabung
Misalnya: garisbawahi, tandatangani, mengambinghitamkan, dll.
4.       Jika salah satu unsure kata gabung atau gabungan kata tersebut adalah unsure kombinasi, maka penulisannya dilakukan secara serangkai
Misalnya: makroekonomi, prasejarah, pascasarjana, tunawiswa, dll.
5.       Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali             darmasiswa         puspawarna
adakalanya        darmawisata        radioaktif
akhirulkalam      dukacita              saptamarga
alhamdulillah      halalbihalal          saputangan
apalagi              hulubalang           saripati
astagfirullah       kacamata            sebagaimana
bagaimana        kasatmata            sediakala
barangkali         kepada               segitiga
beasiswa          kilometer             sekalipun
belasungkawa   manakala            sukacita
bilamana           manasuka           sukarela
bismillah           matahari              sukaria
bumiputra         padahal               syahbandar
daripada           peribahasa          waralaba

darmabakti       perilaku              wiraswata

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators