Rabu, 04 Januari 2012

Opini

BANYAK orang yang mengalami kesulitan ketika ditanyakan apa perbedaan artikel dan opini. Di sini, kita takkan berpusing-pusing di sekitar hal tersebut. Yang pasti, antara opini dan artikel terdapat garis pembatas, berupa ada-tidaknya isi argumentasi guna mendukung subyektivitas pendapat dalam sebuah karya tulis.
Jika Anda menulis artikel tentang kebijakan kenaikan harga BBM yang akan membuat rakyat makin sengsara, tanpa argumentasi maka itu bisa disebut opini. Sebaliknya, jika artikel itu dilengkapi dengan data kuantitatif (BPS, riset, dsb) dan teori ekonomi yang menghubungkan antara kenaikan harga BBM dan naiknya jumlah pengangguran, maka itu bisa disebut artikel (Irkham, 2003).
Artikel opini ialah jenis tulisan/karangan yang berisi gagasan, ulasan, atau kritik terhadap suatu persoalan yang ada dan berkembang di masyarakat, dan ditulis dengan bahasa ilmiah-populer. Oleh karena itu, seorang penulis artikel opini harus jeli dalam memandang aktualitas persoalan yang ditulisnya. Tentu saja, hal itu berkorelasi positif dengan sifat media cetak (baca koran).
Paling sedikit, ada dua hal yang setali tiga uang dengan aktualitas opini.
Pertama, aktual karena berkaitan dengan kejadian yang ada di masyarakat, seperti demam berdarah, flu burung, pilkada, Pemilu 2004, unjuk rasa mahasiswa dan buruh, demo RUU PP, kongres partai politik, pertemuan tokoh bangsa, dsb.
Kedua, aktual karena adanya hari-hari besar nasional (Hari Pendidikan Nasional, Hari Pers), hari besar agama (Idul Fitri, Natal, Waisak), hari internasional (Hari Perempuan lntemasional, Hari Kesehatan), obituan (in memoriam), dsb (Bahar lewat Suroso, 2001).
Dari situlah, kita pun dituntut untuk mengetahui data tentang tanggal-tanggal penting. Misalnya, pada bulan Mei ini, ada enam momentum yang bisa kita tuliskan sebagai ide dari artikel opini.
  1. 1 Mei Hari Buruh Sedunia
  2. 2 Mei Hari Pendidikan Nasional
  3. 4 Mei Hari Pers Dunia
  4. 17 Mei Hari Buku Nasional
  5. 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional
  6. 21 Mei Hari Reformasi
Proses Penulisan Opini
Kendati dalam penulisan artikel opini ini semua persoalan dapat ditulis, namun perlu diperhatikan beberapa hal berikut. Pertama, hendaknya topik yang akan ditulis berkaitan erat dengan masalah aktual. Kedua, masalah yang ditulis tidak menghasut, mengadu domba, memfitnah, dan sejenisnya. Ketiga, isi tulisan ada baiknya lebih berupa suatu solusi/jalan keluar atas persoalan yang ada.
Oleh karena itu, proses penulisan artikel opini dimulai dengan kalimat¬kalimat pembuka (lead). Isinya merupakan pengantar awal terhadap apa yang dibahas dan disajikan. Lantas dilanjutkan dengan uraian/ulasan yang berisi pemaparan data, pembahasan yang boleh jadi berupa pengungkapan teori, analisis, dan ditutup dengan bagian kesimpulan yang berisikan saran/masukan.
Bahasa yang digunakan ialah bahasa jurnalistik, bersifat ilmiah-populer, yaitu pemakaian bahasa yang tetap menggunakan kaidah-kaidah bahasa baku, komunikatif, dan mudah dicerna oleh pembaca dari berbagai tingkatan. Prinsip ini perlu mendapat perhatian khusus, mengingat sasaran pembaca cetak umumnya sangat beragam.
Tulisan artikel opini ialah jenis tulisan yang memiliki peluang besar untuk dimuat di media cetak. Namun, ia juga paling banyak saingannya. Oleh karena itu, hanya jenis-jenis tulisan yang paling aktual dan berkualitas saja yang dapat lolos dari tangan redaksi untuk dimuat. Hal itu penting, mengingat ada koran yang justru memiliki kelebihan dalam hal menyajikan opini yang cerdas dan bermutu.
Proses penulisan opini mirip dengan proses penulisan artikel. Menurut Syafii lewat Suroso (2001), paling sedikit ada tiga tahap yang harus dilalui, yakni (1) kegiatan sebelum menulis (pre-writing), (2) kegiatan menulis (writing), dan (3) kegiatan pasca-menulis (revision). Mari kita bahas tahap demi tahap tersebut.
Tahap Pertama. Penulis artikel opini harus mampu mencari pokok persoalan yang akan ditulis, mencari referensi dan sumber rujukan, menulis outline. Contoh outline sebagai berikut.
Judul artikel: MENYOAL ANGGARAN PENDIDIKAN 
Sumber Ide:
  1. Adanya judicial review dari PB PGRI atas pemyataan pemerintah yang sudah melaksanakan keputusan UUD ’45 Pasal 31 ayat (4) dan UU Sisdiknas bahwa anggaran pendidikan minimal 20%.
  2. Pembuktian data kuantitatif anggaran pendidikan dalam APBN 2006 yang sudah disahkan oleh pemerintah (dilihat dari koran/majalah)
lsi:
  1. Berita judicial review dan PB PGRI
  2. Data kuantitatif anggaran pendidikan dalam APBN 2006.
  3. Depdiknas sebagai pengelola anggaran pendidikan.
Kesimpulan:
  1. Agar anggaran pendidikan bisa mencapai 20% maka Depdiknas harus berlaku efisien dan berhemat dalam membuat program
  2. Pengurangan anggaran Polri
Tahap Kedua. Penulis artikel opini dituntut harus lincah menggunakan idiom-idiom segar, simpel, dan komunikatif Selain itu, hal kelugasan, obyektif, serta keajegan tetap terjaga selama menjalani tahap menulis. Usahakan Anda menulis dengan konsentrasi tinggi, dan tidak memikirkan hal lain yang kiranya bisa mengganggu konsentrasi Anda.
Tahap Ketiga. Penulis artikel opini harus mampu bertindak sebagai penyunting berkaitan dengan keamanan tulisan, pemakaian kalimat, bentukan kata, pemakaian tanda baca, pemilihan kata/diksi, sampai pada pembetulan hal-hal yang salah/keliru dalam ejaan. Selain itu, penggunaan eufemisme juga patut dijadikanperhatian khusus.
Selain itu, penulis artikel opini dituntut untuk mau terns belajar membaca artikel opini penulis lain yang dianggap bermutu dan cerdas. Hampir di semua media massa penulis artikel opini berasal dari duma akademik (dosen, peneliti pusat studillembaga studi universitas), riset (LIPI), dan LSM/lembaga kajian dan riset swasta (SSS, LSI, PT Lingkaran Survei Indonesia, The Indonesian Institute, IRE, Reform Institute, al Maun Institute, Wahid Institute, Ma’arif Institute for Humanity and Cultural, Akbar Tandjung Institute, dsb).
Ambil contoh, harian Kompas. Di sana, kita akan sering menjumpai opini-opini bermutu dari beragam profesi.
  • Bidang hukum dan konstitusi: Saldi Isra, Satjipto Rahardjo, Denny Indrayana, A Ahsin Thohari, M Fajrnl Falaakh.
  • Bidang politik: Ikrar Nusa Bhakti, Sukardi Rinakit, Jeffrie Geovanie, M Qodari, Syamsuddin Haris, Alfan Alfian, Riswandha Imawan.
  • Bidang pendidikan: Anita Lie, Darmaningtyas, T Raka Joni, St Kartono, Ki Supriyoko, Suyanto, H Soedijarto, Agus Suwignyo, Paul Suparno.
  • Bidang sosial-masyarakat: Willian Chang, Aloys Budi Pumomo, Tamrin A Tomagola, Yudi Latif, Moeslim Abdurrahman, Imam Cahyono.
  • Bidang keagamaan: Masdar F Mas’ud, Abdurrahman Wahid, Syafiq Hisyam, Abdul Munir Mulkhan, Mgr I Suharto, Benny Susetyo PR, Sindhunata.
Sumber-sumber Opini
Guna melengkapi data-data dan pemaparan fakta
seorang penulis artikel opini harus melengkapi tuhsannya dengan memburu
sumber-sumber seperti di bawah ini.
Wawancara. Bila kita ingin menulis tentang pendidikan, mungkin kita bisa mewawancarai guru-guru di sekolah, pengamat pendidikan, dsb. Dari situ, kita bisa mendapat banyak informasi untuk kemudian dituangkan ke dalam tulisan.
Penelitian/Riset. Pengumpulan data di lapangan sangat membantu penulis artikel opini, apalagi penulis mampu mempraktikkan metode penelitian sesuai dengan masalah yang akan ditulisnya.

Sumber Pustaka
. Mulai dari buku, referensi, kamus, novel, ensiklopedi, biografi tokoh, karya penelitian, jumal, koran, majalah, hingga ungkapan bijak seorang tokoh patut dijadikan referensi seorang penulis artikel opini.

Perpustakaan Pribadi
. Ide/informasi penting yang akan dituangkan dalam tulisan akan lengkap jika ada referensi yang pas. Oleh karena itu, di sinilah betapa pentingnya keberadaan perpustakaan pribadi/keluarga.
Habitus Baru yang Mendukung
Guna membiasakan diri untuk konsisten menulis, khususnya artikel opini, mungkin kebiasaan baru di bawah ini patut juga dilakukan.
  • Rutin mengunjungi toko buku/kios koran
  • Membaca buku
  • Menjadi anggota perpustakaan umum/kampus
  • Aktif dalam seminar dan diskusi publik “. Membaca koran dan majalah/jurnal
  • Mengkliping koranlmajalah
  • Membiasakan diri membaca data kuantitatif dan kualitatif .,. Banyak membaca artikel orang lain
  • Membaca karya sastra
  • Dokumentasi peristiwa yang penting
  • Berkorespondensi
  • Jalan-jalan melihat realitas.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators