Senin, 01 Desember 2008

SEMANTIK

ANALISIS TEKS AJI BLéGODAWA

NOMOR 32.B, 33.A, DAN 33.B

OLEH

I WAYAN PARIAWAN

0612011028

IV/B

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2008




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena dengan perantaraan kalimatlah seorang baru dapat menyampaikan maksudnya sacara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata dan frasa atau kelompok kata. Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud/makna secara lengkap dan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebagai kalimat minor.

Makna dimaksud adalah makna unsur bahasa, baik dalam wujud morfem, kata, atau kalimat. Makna yang dibentuk oleh morfem, kata, atau kalimat tersebut mengekspresikan metafungsi bahasa serta fungsi sosial bahasa/ teks. Makna-makna yang dibentuk sesuai dengan tingkat dan tatarannya.. Makna yang muncul tersebut dapat dilihat di dalam teks, dan dengan adanya kajian-kajian tersebut menimbulkan kajian-kajian makna.. Dalam leksikogramatika akan terlihat sistem atau struktur klausa di dalam merealisasikan makna ideasional:eksperensial. Gramatika yang merealisasikan struktur klausa yang merepresentasikan makna idiasional:eksperensial ini disebut transitivitas.

Salah satu bagian dari struktur bahasa adalah klausa. Klausa merupakan realisasi makna. Makna-makna yang dapat tercipta dari klausa dapat dianalisis. Analisis struktur dalam klausa yang kiranya perlu mendapatkan perhatian yang serus dari para pemakai bahasa, terutama para Linguis (ahli bahasa). Salah satu yang dapat dilaksanakan adalah dengan melakukan analisis klausa. Analisis yang dilakukan yaitu analisis transitivitas dan analisis klausa komplek. Dengan pengetahuan tentang transitivitas maka kita dapat memahami proses, partisipan, dan sirkumstan yang terkandung dalam sebuah wacana (teks). Sementara itu dengan analisis klausa kompleks maka kita dapat mengetahui hubungan yang terjadi antara satu klausa dengan klausa yang lainnya.

Di dalam gambar-gambar yang terdapat dalam naskah teks Aji Blègodawa terdapat makna-makna yang tersembunyi di balik gambar tersebut. Oleh karena itu penulis akan mencoba menungkap makna-makna yang terdapat di balik gambar serta menganalisis transitifitas klausa pada naskah teks Aji Blègodawa tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana transitivitas teks Aji Blègodawa pada paragraf 32 b, 33 a, dan 33b?
  2. Bagaimana penggunaan aksara pada teks Aji Blègodawa pada paragraf 32 b, 33 a, dan 33b?
  3. Bagaimana data teks rajah yang terdapat dalam teks Aji Blègodawa pada paragraf 32 b, 33 a, dan 33b?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui transitivitas teks Aji Blègodawa pada paragraf 32 b, 33 a, dan 33b
  2. Untuk mengetahui penggunaan aksara yang tedapat dalam teks Aji Blègodawa pada paragraf 32 b, 33 a, dan 33b.
  3. Untuk mengetahui data teks rajah yang terdapat dalam teks Aji Blègodawa pada paragraf 32 b, 33 a, dan 33b.

BAB II

TRANSITIVITAS TEKS AJI BLÈGODAWA

Rajah Ni Mas Kumambang

2.1 Data yang Dianalisis









Rajah I Bhuta Sungsang/Nungsang


33.a





Rajah Sanghyang Kala Mangan Wong



Iti sanghayang rwabhineda, ngagwanang maka pangaraksa jiwa, maka pangrating utama, mwah pangalah satru ring raga, kunar sari sari wenang, pingita kna ring hadnana utama tmen, ma; Ang, tiba pamtu ring nabita, haran dane Sanghyang Saraswati, rupa kadi gni murup tan pakukus, hangseng sahana ning satru musuhku, tka geseng, 3 ah imeme mtu siwa dwaranku, ngaran dane sang kundimanili, rupa kadi bulan sakalangan, ngamdalang tirtha kamandalu

33. b. // hangudakna saha naming lara roga, wignaning sariranku, tka hanud, 3

Iti mantra bakti ring dewa, ma; on gang giripati dewam, lokana hajagat patyem, maha lodrem, saha sodyem sarwa wigna hinasanem, siwem padma naya dityem, mahasiswa ya karanem, maha giripati dewem, locanem catur bujanem.

Maha padma siwa dewam boswangpem swamem hopem swahem, linangkem sada sinom, siwanyem brahmaku lanyem, ong giripati ya namah swah. Mabakti ring sanggah, ong sri mahadewa ya namah swaha, an gung man gong ang ping, 3, nyan mantra hasep, ma; ong brahma suka ya namah swaha. Nyan pabresihan ma; ong hawignamastu namah sidyem.

Mantra mambuh; on gong gangga saraswati ya namah swaha,

Terjemahan;

33.a.

Ini adalah sanghyang rwabhineda, berkuasa sebagai penjaga dan pemelihara jiwa, bermanfaat dan utama, untuk mengalahkan lawan dalam diri kita maka hendaknya dirahasiakan, karena ajaran ini sangat penting dan utamanya. Mantranya Ang keluar masuk dari nabiku, disebutlah beliau saraswati berwujud ibarat api sedang membara tak berasap, menghanguskan semua musuhku, hanguskanlah, 3, Ah ibu keluarlah dari ubun-ubunku yang disebut sanghyang kundimanik, berparas bagaikan bulan purnama, mengeluarkan tirta kamandalu.

33.b menghanyutkan segala bentuk noda yang berada dalam diriku, hanyutlah,3.

Ini mantra bakti para dewa, mantramnya: on gang giripati dewam, lokana hajagat patyem, maha lodrem, maha sodyem sarwa wigha hinasanyem, siswem pama nayu, dityem, mahasiswa ya karanyem, maha giripati dewam, locanem catur bujanem.

Menghaturkan sembah di sanggah: ong sri mahadewa ya namah swaha, an gung man gong ang, 3.

Mantra saat menghaturkan dupa: ong brahma suka ya namah swaha.

Mantra untuk pensucian (pembersihan): ong hawignamastu namah sidyem.

Mantra untuk keramas rambut: on gong gangga saraswati, ya namah swaha.

2.2 Modifikasi Teks Menjadi Klausa

33.a.1. Iti sanghayang rwabhineda,

Ini adalah sanghyang rwabhineda

33.a.2. ngagwanang maka pangaraksa jiwa,

berkuasa sebagai penjaga dan pemelihara jiwa

33.a.3. maka pangrating utama, mwah pangalah satru ring raga

bermanfaat dan utama untuk mengalahkan lawan dalam diri kita

33.a.4. kunar sari sari wenang,

maka hendaknya dirahasiakan

33.a.5. pingita kna ring hadnana utama tmen,

karena ajaran ini sangat penting dan utamanya

33.a.6. ma; Ang, tiba pamtu ring nabita,

Mantranya Ang keluar masuk dari nabiku

33.a.7. haran dane Sanghyang Saraswati,

disebutlah beliau saraswati

33.a.8. rupa kadi gni murup tan pakukus,

berwujud ibarat api sedang membara tak berasap

33.a.9. hangseng sahana ning satru musuhku, tka geseng, 3

menghanguskan semua musuhku, hanguskanlah, 3,

33.a.10. ah imeme mtu siwa dwaranku,

Ah ibu keluarlah dari ubun-ubunku

33.a.11. ngaran dane sang kundimanili,

yang disebut sanghyang kundimanik

33.a.12. rupa kadi bulan sakalangan,

berparas bagaikan bulan purnama

33.a.13. ngamdalang tirtha kamandalu

mengeluarkan tirta kamandalu.

33.b.1. hangudakna saha naming lara roga, wignaning sariranku, tka hanud, 3

menghanyutkan segala bentuk noda yang berada dalam diriku, hanyutlah,3.

33.b.2. Iti mantra bakti ring dewa,

Ini mantra bakti para dewa

33.b.3. ma; on gang giripati dewam, lokana hajagat patyem, maha lodrem, saha sodyem sarwa wigna hinasanem, siwem padma naya dityem, mahasiswa ya karanem, maha giripati dewem, locanem catur bujanem. Maha padma siwa dewam boswangpem swamem hopem swahem, linangkem sada sinom, siwanyem brahmaku lanyem, ong giripati ya namah swah.

mantramnya: on gang giripati dewam, lokana hajagat patyem, maha lodrem, maha sodyem sarwa wigha hinasanyem, siswem pama nayu, dityem, mahasiswa ya karanyem, maha giripati dewam, locanem catur bujanem

33.b.4. Mabakti ring sanggah, ong sri mahadewa ya namah swaha, an gung man gong ang ping, 3,

Menghaturkan sembah di sanggah: ong sri mahadewa ya namah swaha, an gung man gong ang, 3.

33.b.5. nyan mantra hasep, ma; ong brahma suka ya namah swaha.

Mantra saat menghaturkan dupa: ong brahma suka ya namah swaha.

33.b.6. Nyan pabresihan ma; ong hawignamastu namah sidyem.

Mantra untuk pensucian (pembersihan): ong hawignamastu namah sidyem.

33.b.7. Mantra mambuh; on gong gangga saraswati ya namah swaha,

Mantra untuk keramas rambut: on gong gangga saraswati, ya namah swaha.

2.3 Proses Material

Proses material adalah suatu proses fisik berkata murni tanpa unsur mental maupun behavioral. Proses material ini terjadi apabila verbalnya melakukan tindakan. Subjek proses material ini disebut aktor, sedangkan objeknya ada yang disebut range dan ada yang disebut goal. Disebut range apabila hubungan antara verba dan objek tidak dapat dipisahkan, disebut goal apabila hubungan antara verba dan objeknya dapat diganti.

Proses ini terdapat dalam teks Aji Blègodawa pada paragraf 32 b, 33 a, dan 33b. Proses tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

Klausa 33.a.3 maka pangrating utama, mwah pangalah satru ring raga

bermanfaat dan utama untuk mengalahkan lawan dalam diri- kita

proses material

Klausa 33.a.6 ma; Ang, tiba pamtu ring nabita,

Mantranya Ang keluar masuk dari nabiku

Proses material

Klausa 33.a.8 rupa kadi gni murup tan pakukus,

berwujud ibarat api sedang membara tak berasap

proses material

Klausa 33.a.9 hangseng sahana ning satru musuhku, tka geseng, 3

menghanguskan semua musuhku, hanguskanlah, 3,

proses material

Klausa 33.a.10 Ah imeme mtu siwa dwaranku,

Ah ibu keluarlah dari ubun-ubunku

Proses material

Klausa 33.a.13 ngamdalang tirtha kamandalu

mengeluarkan tirta kamandalu.

Klausa 33.b.1 hangudakna saha naming lara roga, wignaning sariranku, tka hanud, 3

menghanyutkan segala bentuk noda yang berada dalam diriku, hanyutlah,3.

Klausa 33.b.4 Mabakti ring sanggah, ong sri mahadewa ya namah swaha, an gung man gong ang ping, 3,

Menghaturkan sembah di sanggah: ong sri mahadewa ya namah swaha, an gung man gong ang, 3.

Klausa 33.b.5 nyan mantra hasep, ma; ong brahma suka ya namah swaha.

Mantra saat menghaturkan dupa: ong brahma suka ya namah swaha.

Klausa 33.b.6 Nyan pabresihan ma; ong hawignamastu namah sidyem.

Mantra untuk pensucian (pembersihan): ong hawignamastu namah sidyem.

Klausa 33.b.7 Mantra mambuh; on gong gangga saraswati ya namah swaha,

Mantra untuk keramas rambut: on gong gangga saraswati, ya namah swaha.

2.5 Proses Perilaku

Proses perilaku mempunyai dua jenis: proses perilaku verbal dan proses perilaku mental. Proses perilaku verbal adalah proses perilaku yang menggunakan verbal di dalam melakukan tindakan proses perilaku mempunyai partisipan behaver adalah partisipan yang melakukan proses perilaku verbal dan kesbiage adalah sesuatu yang dikataan serta reseiver adalah yang menerima. Proses perilaku ini tidak terdapat dalam teks aji Blègodawa paragraph 32 b, 33a, dan 33b sebagi berikut.

33.a.2 ngagwanang maka pangaraksa jiwa,

berkuasa sebagai penjaga dan pemelihara jiwa

proses perilaku

2.6 Proses Relasional

Proses relasioanal adalah proses yang menghubungkan antara partisipan yang satu dengan partisipan yang lain. Proses relasional ini mempunyai dua jenis, yaitu :

  1. Proses Relasional Atributif

Proses relasional atributif ialah carriere (pembawa) yaitu partisipan yang diberi atribut. atribut dapat berupa partisipan, keadaan atau sifat atau keberadaan. Proses perilaku ini tidak terdapat dalam teks aji Blègodawa yang dianalisis penulis

  1. Proses Relasional Identifikasi

Proses relasional identifikasi adalah proses menghubungkan antara partisipan yang satu dengan partisipan yang lain dengan memberikan nilai pada partisipan tersebut. Partisipan proses ini meliputi token dan value. Token adalah sesuatu yang diberi nilai dan value adalah nilai sesuatu tersebut.

Dari dua jenis proses relasional yang ada, di dalam teks aji Blègodawa teks 32 b, 33 a, dan 33 b ada beberapa proses relasional yang ditemukan sebagai berikut.

33.a.5 pingita kna ring hadnana utama tmen,

karena ajaran ini sangat penting dan utamanya

proses relasional

33.a.7 haran dane Sanghyang Saraswati,

disebutlah beliau saraswati

proses relasional

33.a.11 ngaran dane sang kundimanili,

yang disebut sanghyang kundimanik

proses relasional

33.a.12 rupa kadi bulan sakalangan,

berparas bagaikan bulan purnama

proses relasional

33.b.2 Iti mantra bakti ring dewa,

Ini mantra bakti para dewa

Proses relasional

2.7 Proses Verbal

Proses verbal adalah proses berkata murni, tidak ada unsur perilakunya. Proses ini didalam bahasa inggris sangat terbatas, dan biasanya hanya terdapat di dalam bebrapa kata kerja seperti: say, ask, tell (?). di dalam bahasa Indonesia sering direalisasikan dengan: berkata, bertanya. Partisipan proses ini ialah sesuatu yang mengatakan yang disebut sayer, sesuatu yang dikatakan yang disebut verbiage dan yang menerima verbiage disebut receiver.

Dalam teks aji Blègodawa paragraph 32 b, 33 a, dan 33 b, ada beberapa proses verbal yang terjadi sebagai berikut.

33.a.4 kunar sari sari wenang,

maka hendaknya dirahasiakan

33.b.3 ma; on gang giripati dewam, lokana hajagat patyem, maha lodrem, saha sodyem

sarwa wigna hinasanem, siwem padma naya dityem, mahasiswa ya karanem, maha giripati dewem, locanem catur bujanem. Maha padma siwa dewam boswangpem swamem hopem swahem, linangkem sada sinom, siwanyem brahmaku lanyem, ong giripati ya namah swah.

mantramnya: on gang giripati dewam, lokana hajagat patyem, maha lodrem, maha sodyem sarwa wigha hinasanyem, siswem pama nayu, dityem, mahasiswa ya karanyem, maha giripati dewam, locanem catur bujanem

2.8 Proses Eksistensial

proses eksistensial adalah proses yang menunjukan adanya sesuatu. Di dalam bahasa inggris, proses ini ditunjukan melalui struktur klausa dengan subjek gramatikal “there are/is” atau dengan kata kerja ‘exist’. Di dalam bahasa Indonesia ditunjukan dengan struktur klausa yang dimulai dengan “ada…”atau “terdapat…” atau kata kerja ‘muncul’.

Dalam teks aji Blègodawa paragraph 32 b, 33 a, dan 33 b, ada beberapa proses eksistensial yang terjadi sebagai berikut.

33.a.1. Iti sanghayang rwabhineda,

Ini adalah sanghyang rwabhineda

Proses eksistensial

BAB III

GENRE DAN REGISTER

3.1 Genre

Secara semiotis genre merupakan realisasi suatu prototipe proses sosial verbal. Genre ini terdapat di dalam konteks kultural yang mengandung nilai-nilai/norma-norma kultural yang dimiliki oleh suatu masyarakat.

Dalam teks blégodawa nomor 32.b, 33.a, dan 33.b merupakan termasuk genre cerita mengingat teks tersebut digali dari proses sosial cerita. Teks Blègodawa tepatnya merupakan rekon yang berupa rekaman kejadian atau suatu fenomena sosial, dalam rekon tidak terdapat sesuatu yang salah di dalam kejadian tersebut.

3.2 Register

Register secara sederhana dapat dikatakan sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunaannya atau ‘use’-nya, berbeda dengan dialek yang merupakan variasi bahasa berdasarkan penggunanya atau ‘user’-nya

3.2.1 Medan (field)

Medan (field) merujuk pada apa yang sedang terjadi, sifat-sifat proses social yang terjadi: apa yang dilakukan oleh partisipan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Medan ini juga menyangkut pertanyaan terkait dengan lingkungan kejadian seperti: kapan, di mana, bagaimana kejadian itu terjadi, mengapa kejadian itu bisa terjadi dan sebagainya.

3.2.1.1 Teks Blégodawa 33.a

Dalam teks Blègodawa nomor 33.a medan merujuk pada suatu mantra yang dipergunakan untuk mengalahkan lawan dalam diri kita yang harus dirahasiakan karena ajaran ini sangat penting.

3.2.1.2 Teks Blégodawa 33.b

Mantra bakti para dewa untuk menghanyutkan segala bentuk noda yang ada dalam diri.

3.2.2 Pelibat (tenor)

Pelibat (tenor) merujuk pada siapa yang berperan di dalam kejadian social tersebut, sifat-sifat partisipan, termasuk status serta peran social yang dipegangnya: macam peran social yang bagaimana yang dipegang setiap partisipan, termasuk hubungan status atau peran permanen atau sesaat, disamping juga merujuk pada peran bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan hubungan peran dan status social di dalamnya.

3.2.2.1 Teks Blégodawa 33.a

1) Sanghyang rwabineda

2) Saraswati

3) Musuhku

4) Ibu

5) Sanghyang kundimanik

3.2.2.2 Teks Blégodawa 33.b

1) Diriku

2) Para Dewa

3) Giripati

4) Mahasiswa

5) Sri Mahadewa

6) Brahma

7) Gangga Saraswati

3.2.3 Sarana (mode)

Sarana (mode) merujuk pada bagian mana yang diperankan oleh bahasa, apa yang diharapkan partisipan dengan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu: organisasi simbolis teks, status yang dimilikinya, fungsinya di dalam konteks tersebut, termasuk saluran (channel) (apakah bahasa yang digunakan termasuk bahasa tulis atau lisan atau gabungan?) termasuk didalamnya sarana retorisnya: apakah yang diinginkan teks tersebut termasuk ke dalam kategori: persuatif, ekspositori, didaktis atau yang lainnya. Di samping itu aspek sarana ini juga melibatkan medium yang digunakan untuk mengekspresikan bahasa tersebut.

3.2.3.1 Teks Blégodawa 33.a

1) Mantra

2) Nabiku

3) Api

4) Ubun-ubunku

5) Tirta Kamandalu

3.2.3.2 Teks Blégodawa 33.b

1) Mantra

2) Sanggah

3) Dupa

4) Rambut

BAB IV

PEMAKAIAN AKSARA

4.1 Pemakaian Aksara dalam Teks

Dalam sebuah teks, khususnya yang berkaitan dengan mantra, aksara memegang peranan yang sangat penting. Berikut akan dipaparkan mengenai penggunan aksara pada naskah Aji Blègodawa paragraf 32.b, 33.a, dan 33.b.

Teks

Pemakaian Aksara

1

2

3

4

5

6

7

8

32.b

32.b.1

32.b.2

33.a

33.a.1

33.a.2

33.a.3

33.a.4

33.a.5

33.a.6

33.a.7

33.a.8

33.a.9

33.a.10

33.a.11

33.a.12

33.a.13

33.b

33.b.1

33.b.2

33.b.3

33.b.4

33.b.5

33.b.6

33.b.7

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

-

+

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

+

-

-

-

+

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Keterangan

1. Eka Aksara ‘Ong’

2. Dwi Aksara ‘Ang’ dan ‘Ah’

3. Tri Aksara ‘Ang’, ‘Ung’, dan ‘Mang’

4. Panca Aksara ‘Nang’, ‘Mang’, Çing’, ‘Wang’, dan ‘Yang’

5. Dasa Aksara ‘Sang’, ‘Bang’, ‘Tang’, ‘Ang’, ‘Ing’, ‘Nang’, ‘Mang’, Çing’, ‘Wang’, dan ‘Yang’

6. Catur Dasa Aksara ‘Ong’, ‘Ang’, ‘Ung’, ‘Mang’, ‘Sang’, ‘Bang’, ‘Tang’, ‘Ang’, ‘Ing’, ‘Nang’, ‘Mang’, Çing’, ‘Wang’, dan ‘Yang’

7. Soda Aksara ‘Ong’, ‘Ang’, ‘Ah’ ‘Ang’, ‘Ung’, ‘Mang’, ‘Sang’, ‘Bang’, ‘Tang’, ‘Ang’, ‘Ing’, ‘Nang’, ‘Mang’, Çing’, ‘Wang’, dan ‘Yang’

8. Aksara dalam Rajah

Data Tabel

(1) Eka Aksara

32.b.1 Ada Eka Aksara pada rerajahan ini

32.b.2 Ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a Ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a.1. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.2. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.3. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.4. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.5. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.6. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.7. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.8. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.9. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.10. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.11. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.12. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.a.13. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.b.1. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.b.2. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.b.3. Ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.b.4. Tidak ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.b.5. Ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.b.6. Ada Eka Aksara pada penggalan ini.

33.b.7. Ada Eka Aksara pada penggalan ini.

(2) Dwi Aksara

32.b.1 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

32.b.2 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a.1 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.2 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.3 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.4 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.5 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.6 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.7 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.8 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.9 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.10 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.11 idak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.12 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.a.13 tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.b.1 Tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.b.2 Tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.b.3 Tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.b.4 Tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.b.5 Tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.b.6 Tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

33.b.7 Tidak ada Dwi Aksara pada penggalan ini.

(3) Tri Aksara

32.b.1 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

32.b.2 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a.1 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.2 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.3 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.4 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.5 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.6 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.7 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.8 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.9 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.10 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.11 idak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.12 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.a.13 tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.b.1 Tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.b.2 Tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.b.3 Tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.b.4 Ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.b.5 Tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.b.6 Tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

33.b.7 Tidak ada Tri Aksara pada penggalan ini.

(4) Panca Aksara

32.b.1 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

32.b.2 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a.1 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.2 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.3 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.4 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.5 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.6 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.7 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.8 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.9 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.10 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.11 idak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.12 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.a.13 tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.b.1 Tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.b.2 Tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.b.3 Tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.b.4 Tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.b.5 Tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.b.6 Tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

33.b.7 Tidak ada Panca Aksara pada penggalan ini.

(5) Dasa Aksara

32.b.1 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

32.b.2 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a.1 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.2 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.3 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.4 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.5 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.6 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.7 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.8 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.9 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.10 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.11 idak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.12 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.13 tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.1 Tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.2 Tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.3 Tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.4 Tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.5 Tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.6 Tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.7 Tidak ada Dasa Aksara pada penggalan ini.

(6) Catur Dasa Aksara

32.b.1 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

32.b.2 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a.1 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.2 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.3 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.4 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.5 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.6 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.7 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.8 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.9 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.10 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.11 idak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.12 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.a.13 tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.1 Tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.2 Tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.3 Tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.4 Tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.5 Tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.6 Tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

33.b.7 Tidak ada Catur Dasa Aksara pada penggalan ini.

(7) Soda Aksara

32.b.1 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

32.b.2 Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a Tidak ada Eka Aksara pada rerajahan ini

33.a.1 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.2 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.3 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.4 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.5 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.6 ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.7 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.8 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.9 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.10 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.11 idak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.12 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.a.13 tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.b.1 Tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.b.2 Tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.b.3 Ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.b.4 Ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.b.5 Tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.b.6 Tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

33.b.7 Tidak ada Soda Aksara pada penggalan ini.

(8) Aksara dalam Rajah

32.b.1 ada Aksara dalam rajah pada rerajahan ini

32.b.2 ada Aksara dalam rajah pada rerajahan ini

33.a ada Aksara dalam rajah pada rerajahan ini

33.a.1 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.2 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.3 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.4 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.5 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.6 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.7 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.8 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.9 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.10 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.11 idak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.12 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.a.13 tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.b.1 Tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.b.2 Tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.b.3 Tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.b.4 Tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.b.5 Tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.b.6 Tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

33.b.7 Tidak ada Aksara dalam Rajah pada penggalan ini.

4.2 ANALISIS RAJAH

Rajah ini bernama Rajah Ni Mas Kumambang, berbentuk seorang Dewi yang sangat cantik.

Dalam rajah tersebut terdapat sebuah kalimat “ong iti guna mawiceca ni sapyanuas” (ong ini adalah guna yang sangat sakti bagi pemakainya). Dengan jari-jari yang lentik, melambangkan keharmonisan dan kebijaksanaan. Paras yang cantik melambangkan kedamaiaan yang indah. Rajah ini berfungsi untuk melindungi diri dari hal-hal yang negative. Rajah ini berfungsi untuk melakukan hal-hal yang brsifat kebaikan. Rajah ini digunakan oleh orang-orang yang melakoni pewayangan dan orang yang sangat gemar dalam dunia dharma gita. Rajah Ni Mas Kumambang membantu manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup dan berusaha menghindarkan manusia dari hal-hal yang tidak baik.

Ciri-ciri rajah Ni Mas Kumambang.

1. Berwujud wanita cantik

2. Mengenakan pakaian layaknya bidadari

3. Paras anggun memesona

4. Tidak membawa senjata, sebagai tanda kedamaian

Teks rajah yang bernama I Bhuta Sungsang/Nungsang ini berbentuk seorang raksasa yang berwajah menyeramkan. Raksasa ini berdiri dengan posisi kaki dan tangan kanan terangkat ke atas. Tangan kirinya digambarkan sedang memegang seorang manusia sedangkan tangan kanannya diangkat ke atas tanpa memegang sesuatu. Bergelang kaki dan tangan, serta berbusana seadanya. Raksasa ini memiliki rambut ikal lebat dengan kaki kanan terangkat sehingga disebut Bhuta Sungsang/Nungsang. Fungsinya untuk hal-hal yang bersifat negative. Rajah ini digunakan sebagai pendongkel atau mampu membuat pikiran orang terbalik. Dari pikiran yang positif menjadi negative, begitu juga sebaliknya. Di dalam rajah tersebut terdapat sebuah kalimat yang berbunyi ong iti I bhuta sungsang (ong ini adalah I bhuta sungsang).

Gambar rajah I Bhuta Nungsang tersebut memiliki simbol-simbol sebagai berikut:

1.raksasa berbadan kekar adalah lambang ketangguhan dan kekuatan.

2.muka meneyeramkan melambangkan kebuasan.

3.bertaring panjang, mata melotot, dan kuku yang panjang merupakan simbol kerakusan, sifat kebinatangan yang buas dan penuh kekejaman.

4.kaki dan tangan bergelang melambangkan ketangkasan yang dimiliki guna menghadapi lawan-lawannya.

5.berbusana seadanya merupakan simbol seseorang yang tidak pernah memperhatikan penampilannya.

6. kepala dengan rambut berurai lebat merupakan simbol kerakusan dan ketamakan

Di dalam rajah ini terdapat sebuah kalimat yang berbunyi ong I sanghyang kala a mangan wong rajah wastra putih (ong ini adalah sanghyang kala makan orang dengan rajah kain putih) Teks rajah yang bernama Sanghyang Kala Mangan Wong ini berbentuk seorang raksasa yang berwajah menyeramkan. Berfungsi sebagai symbol pemakan ha-hal yang bersifat positif maupun negative sesuai dengan keinginan pembuatnya. Raksasa ini berdiri dengan posisi kaki kanan terangkat ke atas. Tangan kanannya digambarkan sedang memegang seorang manusia begitu juga tangan kirinya memegang tubuh manusia. Bergelang kaki dan tangan, serta berbusana mewah penuh dengan aura keseraman. Raksasa ini memiliki rambut yang panjang, dengan mulut menggigit kepala manusia, maka rerajahan ini disebut Sanghyang Kala Mangan Wong. Gambar rajah Sanghyang Kala Mangan Wong tersebut memiliki simbol-simbol sebagai berikut:

  1. raksasa berbadan kekar adalah lambang ketangguhan dan kekuatan.
  2. muka meneyeramkan melambangkan kebuasan.
  3. bertaring panjang, mata melotot, dan kuku yang panjang merupakan simbol kerakusan, sifat kebinatangan yang buas dan penuh kekejaman.
  4. Mulut menggigit kepala manusia melambangkan kebengisan dan kekejaman.
  5. Kaki dan tangan bergelang melambangkan ketangkasan yang dimiliki guna menghadapi lawan-lawannya.
  6. Berbusana dengan megah merupakan simbol seseorang memeiliki kewibawaan.
  7. Kepala dengan rambut panjang merupakan simbol kerakusan dan ketamakan
  8. Kaki berbulu lebat

BAB V

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah penulis paparkan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:

  1. Transitivitas teks Aji Blègodawa pada paragraf 32.b, 33.a, dan 33b meliputi proses material, proses perilaku, proses relasional, proses verbal, dan proses eksistensial.
  2. Sebagaian besar aksara yang digunakan dalam teks Aji Blègodawa adalah aksara dalam bentuk eka aksara dan soda aksara.
  3. Dalam teks Aji Blègodawa terdapat tiga data teks rajah yaitu rajah Ni Mas Kumambang, rajah I Bhuta Sungsang, serta rajah Sanghyang Kala Mangan Wong

3.2 Saran-saran

“Setinggi-tingginya langit, masih ada langit yang lebih tinggi lagi”. Pepatah tersebut setidaknya mengingatkan kepada kita bahwa pengetahuan itu tidak ada batasnya, semakin digali maka semakin banyak yang tidak kita temukan. Bertolak dari hal tersebut maka penulis menyarankan kepada para pembaca agar tidak puas hanya dengan materi yang disuguhkan dalam makalah ini. Gunakanlah buku-buku referensi yang setidaknya bisa membantu dalam pemahaman anda.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators