Sabtu, 21 Mei 2011

DEFINISI KURIKULUM

Perkataan ‘kurikulum’ dalam bahasa Latin mempunyai kata akar ‘curere’. Kata ini bermaksud ‘laluan’ atau ‘jejak’. Secara yang lebih luas pun maksudnya ialah ‘jurusan’ seperti dalam rangkai kata jurusan peperangan’. Perkataan’kurikulum’ dalam bahasa Inggris mengandung pengertian ‘jelmaan’ atau ‘e’metamorfosis’. Paduan makna kedua-dua bahasa ini menghasilkan makna bahawa perkataan kurikuluin’ ialah ‘laluan dan satu peringkat ke satu peningkat’. Perluasan makna ini memberikan pengertian ‘kurikulum’ dalam perbendaharaan kata pendidikan bahasa Inggeris sebagai jurusan pengajian yang diikuti di sekolah’ (Kliebard, 1982).
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Dalam literatur memang banyak ditemukan definisi kurikulum yang sangat bervariasi, bergantung pada konteks tertentu saat para pakar mendefinisikannya. Namun demikian menurut Beane dkk (1986) dinyatakan bahwa konsep kurikulum dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi: (1) kurikulum sebagai produk; (2) kurikulum sebagai program; (3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan dan; (4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.
1. Kurikulum sebagai produk
Kurikulum sebagai produk merupakan hasil perencanaan, pengembangan, dan perekayasaan kurikulum. Pengertian ini meiniliki keuntungan berupa kemungkinan yang dapat dilakukan terkait dengan arah dan tujuan pendidikan secara lebih konkret dalam sebuah dokumen yang untuk selanjutnya diberi label kurikulum. Oleh karena itu kurikulum dalam arti produk merupakan hasil yang konkret yang dapat diamati dalam bentuk dokumen hasil kerja sebuah tim pengembang kurikulum. Kiranya perlu juga diingat bahwa definisi tersebut juga meiniliki kelemahan yakni adanya pemaknaan yang sempit terhadap kurikulum. Dalam hal ini kurikulum hanya dipandang sebagai dokumen yang memuat serentetan daftar pokok bahasan materi dari suatu mata pelajaran. Belum lagi jika kurikulum hanya dipahami sebagai produk berupa kemungkinan munculnya asumsi bahwa perencanaan kurikulum dapat mendeskripsikan semua kegiatan pembelajaran yang akan terjadi di sekolah. Untuk konteks lingkup pendidikan dewasa ini rasanya akan kesulitan untuk dapat mengakomodir semua fenomena kehidupan yang sangat dinainis.
2. Kurikulum sebagai program secara esensial
Kurikulum sebagai program secara esensial merupakan kurikulum yang berbentuk program-program pengajaran secara riil. Dalam bentuk yang ekstrim, kurikulum sebagai program dapat termanifestasikan dalam serentetan daftar pelajaran ataupun pokok bahasan yang diajarkan pada kurun waktu tertentu seperti halnya dalam kurun waktu satu semester. Elaborasi atas interpretasi yang lebih luas dari definisi tersebut dapat mencakupi aspek-aspek akadeinik yang kemungkinan perlu diiniliki oleh sekolah dalam kerangka kegiatan pembelajaran suatu kajian ilmu tertentu. Keuntungan yang dapat diambil dari cara pandang ini yaitu (1) dengan cepat dapat menunjukkan dan menjelaskan apa yang dimaksud kurikulum dengan lebih konkret, (2) dapat memahaini bahwa kegiatan pembelajaran dapat terjadi dalam setting yang berbeda pada jenjang yang berbeda. Sementara itu kelemahannya adalah munculnya asumsi bahwa apa yang tampak dalam daftar pokok bahasan, itulah yang harus dipelajari oleh siswa.

3. Kurikulum sebagai hasil belajar
Sementara itu yang memandang kurikulum sebagai hasil belajar yang ingin dicapai oleh para siswa, mendeskripsikan kurikulum sebagai pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap dan berbagai bentuk pemahaman terhadap bidang studi. Walau pengertian ini lebih konseptual, namun hasil belajar yang diinginkan siswa juga sering dituangkan dalam bentuk dokumen seperti halnya tujuan belajar, seperangkat konsep yang harus dikuasai, prinsip-prinsip belajar dan sebagainya. Keuntungan dari cara pandang seperti ini berupa (1) kurikulum menjadi sebuah konsep, yang selanjutnya dapat dikembangkan dan dielaborasikan oleh guru, siswa dan masyarakat, sehingga tidak sekedar produk semata yang secara “ritual” harus diajarkan sebagaimana adanya tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan kultural baik di sekolah maupun di masyarakat, (2) dapat menyusun kurikulum menjadi lebih manageable baik dari segi scope maupun sequennya. Adapun kelemahannya adalah adanya kesulitan bagi para guru maupun sekolah dalam menangani secara terpisah apa yang harus dipelajari oleh siswa dan cara mempelajarinya.

4. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Untuk yang terakhir yang memberikan pemaknaan kurikulum sebagai pengalaman belajar, pada hakikatnya merupakan peinisahan yang sangat jelas dari tiga pemaknaan sebelumnya. Pemaknaan kurikulum yang terakhir ini lebih merupakan akumulasi pengalaman pendidikan yang diperoleh siswa sebagai hasil kegiatan belajar atau pengaruh situasi dan kondisi belajar yang telah direncanakan. Sebagai konsekuensinya apa yang direncanakan dalam kurikulum belum tentu berhasil sebagaimana yang diharapkan. Hal ini tentu banyak faktor yang mempengaruhinya seperti halnya kemampuan guru dalam menerapkan dan mengembangkan kurikulum dalam proses pembelajaran. Artinya sebaik apapun kurikulumnya bila tidak didukung oleh guru yang profesional tentu tidak banyak memberikan makna terhadap siswa, deinikian pula sebaliknya.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional);

Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa);
Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
Pemahaman terhadap perkataan ‘kurikulum’ dalam bahasa Melayu dipengaruhi oleh maksud perkataan tersebut melalui bahasa Inggris. Ada banyak penulisan Inggris yang mengemukakan definisi ‘kurikulum’ sebagai istilah pendidikan. Berikut ialah sebagian daripadanya:
1. Kurikulum sebagai pengalaman
Kurikulum ialah semua pengalaman yang dirancangkan dan dikemukakan oleh pihak sekolah. Pengalanian tersebut diutarakan untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang ditetapkan terlebih dahulu menurut kadar keupayaan masing-masing dengan keadaan yang paling baik sekali (Neagley & Evans,1967).
Kurikulum sebagai usaha ada dua definisi yang dapat dikemukakan yaitu:
Kurikulum didefinisikan sebagai usaha:
Usaha menyeluruh yang dirancangkan oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperolehhash pembelajaran yang telah ditentukan (Inlow, 1966).
Menyampaikan prinsip dan unsur utama sesuatu usul pendidikan dalam keadaan yang terbuka kepada penelitian kritis dan boleh dikemukakan dengan berkesan secara praktik (Stenhouse, 1975).
2. Kurikulum sebagai rancangan
Kurikulum ialah rancangan yang menyediakan kesempatan pembelajaran bagi memperoleh berbagai-bagai tujuan menyeluruh dan objektif spesifik yang berkait dengannya. Rancangan ini dibina oleh pusat persekolahan untuk sesuatu populasi murid sekolah (Saylor & Alexander, 1974).
3. Kurikulum sebagai objektif
Kurikulum tidak berkait dengan apa-apa yang dilakukan oleh murid dalam situasi pembelajaran. Ia menitikberatkan perkara yang akan dipelajari atau dapat dilakukan oleh mereka sebagai kesan daripada yang dilakukan oleh mereka. Ertinya, kurikulum menitikberatkan keputusan perlakuan, bukan perkara yang dilakukan. Perkaitan antara kurikulum dengan proses pembelajaran berlaku secara
hubungan ramalan, bukan secara hubungan akibat. Oleh yang deinikian, ia menjelaskan ramalan atau hasrat yang hendak dicapal menerusi proses pembelajaran. Dengan Iebih spesifik, ia menghuraikan keputusan proses pembelajaran yang dijangka akan tercapai melalui pengajaran (Johnson, 1967).
4. Kurikulum sebagai isi mata pelajaran
Kurikulum ialah dokumen bertulis yang melakarkan isi mata pelajaran yang akan diajar. Pada hakikatnya apa-apa sahaja yang diajardi sekolah merupakan kandungan mata pelajaran yang diajarkan menerusi berbagai-bagai mata pelajaran, berbagai-bagai pilihan disiplin ilmu pengetahuan, berbagai-bagai rumusan masalah tentang kehidupan seharian dan berbagai-bagai cara penyusunan yang lain. Walaupun disusun melalui berbagai-bagai cara, narnun isi mata pelajaran tetap merupakan teras kurikulum (Beauchamp, 1968).
5. Kurikulum sebagai pembinaan insan
Kurikulum ialah pengetahuan dan pengalaman yang dibina semula oleh pelajar. Pengetahuan dan pengalaman yang dibina semula ini dibentuk dengan bersistem di bawah naungan sekolah untuk mempertingkat kemajuan pelajar mengawal pengetahuan dan pengalaman sendiri. Pada hakikatnya kurikulum mengaitkan proses pembinaan semula pengetahuan dan pengalaman pelajar dengan kebolehan pelajar membaiki kawalan terhadap pengetahuan dan pengalaman sendiri (Tanner & Tanner, 1980).

6. Kurikulum sebagai unsur kehudayaan
Kurikulum ialah pilihan dari berbagai unsur budaya yang terdiri dari ciri sejagat, nilai dan aspek khusus sesuatu budaya (Burtonwood, 1986).
Menurut Taba (1962) kurikulum ialah satu rancangan pengajaran (plan of learning).
Menurut Saylor et.al (1981) pula mengatakan bahwa kurikulum ialah suatu kumpulan pengalaman dan hasil pembelajaran yang dihasilkan melalui pembinaan pengetahuan yang sistematik yang berkesinambungan dan terus berkembang dalam diri seseorang.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

thank u for sharing this infrmation..it help me a lot..:)

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators