Senin, 23 Mei 2011

Parafrasa Puisi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Puisi dapat diartikan sebagai suatu karya sastra yang menyimpan misteri kehidupan dan makna – makna tertentu yang diungkapkan melalui bahasa. Pemaknaan puisi tdk cukup hanya dibaca, melainkan dipahami, dihayati dan dianalisis dengan teori – teori, metode – metode, atau pendekatan dan tekhnik analisis karena puisi sebagai objek studi sastra.
Puisi yang baik merupakan bangun bahasa yang menyeluruh dan otonom dari hasil ciptaan penyair dengan segalapengalaman dan suka – dukanya. Berdasarkan aspeknya puisi berkaitan dengan pandangan bahwa puisi adalah sebuah struktur, puisi terdiri atas unsur- -unsur yang berstruktur. Tiap – tiap unsur itu, hanya mempunyai makna dalam kaitannya dengan unsur – unsur lain dalam struktur itu dan keseluruhannya ( Hawkes, 1978 : 17 – 18 )
Akan tetapi, bahwa puisi merupakan karya seni yang menyampaikan sesuatu secara tidak langsung dengan menggunakan bahasa yang padat dan indah. Dalam kaitan ini, penyair sebagai pencipta makna – makna baru akan berbeda dengan makna –makna konvensionalnya. Oleh karena itu, puisi memerlukan perhatian daya sebagai pemberi makna pada puisi itu. Dan atas dasar itu, sajian materi ni akan lebih bermanfaat bagi mahasiswa menjadikna panduan untuk mendapatkan inforamasi teoritik dan emperis tentang puisi Indonesia sejak lahir sampai perkembangan terakhir
Sebagi karya seni puisi harus dipahami untuk memperoleh maknanya atau mengupas nilai estetikannya, baik y6ang didasarkan pada visi bahasa maupun visi makna. Dalam telaah tersebut diperlukan pegangan sebagai ancar – ancar pengertian puisi.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa bahasa dalam teks puisi tidaklah dominan sebagai sarana komunikasi, karena potensi bahasa dapt digunakan tanpa batasan. Karena itu, kata, frase, ungkapan, dan kalimat dalam puisi sering bersifat ambigu, abstrak, kontradiksi,nonsense,simbolis, dan inkunvensional. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa dalam menjelmakan aspek estetik, bahasa sering disusun melalui permainan kata yang direfleksikan dengan ungkapan makna yang bersifat imajinatif, sugastif, dan asosiatif atau bergantung kepada evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya.
Untuk dapat memahami dan mengapresiasikan puisi dituntut suatu bentuk pemahaman yang mendalam terhadap karya sastra tersebut. Untuk dapat mengapresiasikan puisi salah satu cara yang termudah yang dapat dilakukan adalah dengaan bbelajar memparafrase puisi terlebih dahulu.

1. 2 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas maka dapat diuraikan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
I. 2.1 Bagaimana memparafrase atau pembacaan hermeneutik sebuah puisi
“ Dari seorang guru kepada murid-muridnya ”?
I. 2.2 Apa makna atau pesan yang terkandung dalam puisi tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dijabarkan tujuan pembahasannya sebagai berikut :
I.3.1 Untuk mengetahui cara memparafrase dalam pembacaan
hermeneutik.
I.3.2 Untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
I.3.3 Untuk menyelami dan megapresiasikan diri dengan puisi tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN

PEMBACAAN HERMENEUTIK PUISI
“ DARI SEORANG GURU KEPADA MURID-MURIDNYA ”



Dari seorang guru kepada murid-muridnya
Karya. Hartojo andangjaja

Apakah yang aku punya anak-anakku
Selain buku-buku dan sedikit ilmu
Sumber pengabdian kepadamu

Kalau hari minggu engkau datang kerumahku
Aku takut, anak-anakku
Kursi-kursi tua yang disana
Dan meja tulis sederhana
Dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
Semua padamu akan bercerrita tentang hidupku dirumah tangga

Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita
didepan kelas, sedang menatp wajah-wajahmu remaja
-horison yang selalu biru bagiku-
Karena ku tahu; anak-anakku
Engkau terlalu muda
Engkau terlalu bersih dari noda
Untuk mengenal ini semua

(dikutp dari teori dan apresiasi puisi 1987 : 271)


Pada bait pertama / apakah yang aku punya anak-anakku / hal ini menggambarkan rasa kerendahan hati dari si Aku. Dia menyadari sepenuhnya tentang keadaan dirirnya. Aku menyadari betapa kurang mampu dirinya.
Selanjutnya dalam baris kedua dan ketiga pada bait pertama /selain buku-buku dan sedikit ilmu, sumber pengabdian kepadamu / hal ini menggambarkan penyesalan si Aku akan kehidupannya, yang tidak memiliki apa-apa. Dalam hidup ini aku hanya bisa memberikan buku-buku dan sedikit ilmu yang dijadikan alat untuk mengabdi kepada anak-anaknya. Tidak ada lagi yang dipunyai oleh Aku selain kedua hal tersebut. Jadi secara keseluruhan pada bait pertama menggambarkan ketidak mampuan dan ketidak berdayaan Aku. Aku merasa sangat miskin sehingga tidak mampu memberikan apa-apa pada anak-anaknya.
Pada bait kedua / kalau di hari minggu engkau datang kerumahku / pada bait ini si Aku menyatakan kekhawatiran yang berlebihan apabila anak-anaknya pada hari minggu datang kerumahnya. Si Aku merasa ketakutan apabila anak-anaknya datang ke rumah. Dia bingung karena apabila anak-anaknya datang dia tidak tahu harus berbuat apa, serta tidak tahu apa yang harus diperbuat. Dalam baris kelima / aku takut, anak-anakku / pada baris ini si Aku mulai menunjukan ketakutannya pada hal yang belum terjadi. Ketakutan si Aku mulai terlihat apabila anak-anaknya datang. Baris keenam, ketujuh, dan kedelapan / kursi-kursi tua yang disana, dan meja tulis sederhana, dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya / Ketakutannya karena kursi-kursi tua yang ada di rumahnya, meja tulis sederhana, dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya (citraan penglihatan). Si Aku takut sekali bila anak-anaknya melihat semua hal tersebut. Si Aku menyadari betul penderitaan yang dihadapinya. Dari semua hal yang ada di rumahnya tersebut, si Aku merasa tidak berani menunjukan semua itu kepada anak-anaknya. Si Aku sangat tidak ingin kalau anak-anaknya sampai melihat hal itu. Si Aku merasa bahwa hal tersebut tidak bole dilihat oleh anak-anaknya. Baris kesembilan / Semua padamu akan bercerrita tentang hidupku dirumah tangga / dalam baris ini penyair mengungkapkan betapa sederhana dan kurang layaknya kehidupannya di rumah. Penyair merasa tidak pantas apabila hal ini dilihat oleh anak-anaknya. Si aku menyadari betul bahwa dengan melihat hal-hal yang ada di rumahnya anak-anak tersebut menjadi tahu tentang keadaan dirinya. Si Aku menyadari betul bahwa dengan melihat benda-benda tersebut anak-anak memperoleh gambaran tentang keberadaan dirinya. Karena benda-benda tersebut akan bercerita kepada anak-anaknya tentang kehidupannya dirumah tangga. Secara keseluruhan pada bait kedua ini Aku menyampaikan perasaannya malunya kepada anak-anaknya. Si Aku merasakan betapa takutnya Dia jika Anak-anaknya datang kerumahnya.
Bait ketiga / Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita / Si Aku menyadari semua kehidupan yang dialaminya itu sangat tidak baik untuk anak-anaknya sehingga semua hal yang terjadi dalam kehidupannya tidak pernah ia ceritakan kepada anak-anaknya. Pada baris kesebelas / di depan kelas, sedang menatp wajah-wajahmu remaja / apabila Si Aku sedang mengajar didepan kelas dia selalu melihat wajah-wajah anaknya yang remaja. Wajah-wajah yang telah meninggalkan masa anak-anak dan hendak melangkahkan kaki menuju dewasa. Masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada baris keduabelas / -horison yang selalu biru bagiku- / makna horizon adalah batas kehidupan yang dialami oleh anak-anaknya warna biru melambangkan kegairahan atau masa muda yang sedang menggebu-gebu.(citraan penglihatan). Pada baris ketigabelas, empatbelas, limabelas, dan enambelas / Karena ku tahu; anak-anakku, Engkau terlalu muda, Engkau terlalu bersih dari noda, Untuk mengenal ini semua / pada bait-bait tersebut Si Aku menyadari sepenuhnya tentang kehidupan ini. Dia menyadari sepenuhnya bahwa anak-anaknya belum mampu untuk memahami arti kehidupan ini, belum mampu merasakan penderitaan yang dihadapi olehnya. Penyair menyadari bahwa anak-anaknya masih terlalu muda, masih terlalu polos untuk bisa mengerti tentang panderitaan dan kesengsaraan yang dialaminya. Dia menyadari sepenuhnya bahwa anak-anaknya masih sangat kecil dibaratkanbagai kertas yang masih kosong putih dan bersih belum tercoret atau ditulisi apa-apa oleh kehidupan ini. Pada bait ini si Aku menceritakan kegundahan hatinya yang teramat sangat. Si Aku menyadari betul bahwa anak-anaknya belum pantas mengetahui kehidupannya di dalam rumah tangga. Si Aku menganggap bahwa anak-anaknya masih suci dan polos sehingga belum cukup kuat dan mampu untuk mengetahui semua penderitaannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators