Rabu, 25 Mei 2011

KALIMAT TANPA SUBJEK/PREDIKAT


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah dan benar tampaknya merupakan dua hal yang bergandengan dan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dalam mencapai kebenaran atau kesempurnaan tidak luput dari kesalah-kesalahan. Kebenaran tidaklah selalu bisa diraih dengan mudah tanpa disertai dengan kesalahan. Banyak orang mengatakan kesalahan adalah alat untuk mencapai kebenaran. Oleh karena itu, perlulah disadari bahwa kesalahan merupakan bagian dari usaha seseorang untuk mencapai sesuatu yang dianggap benar.
Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan disadari atau tidak ternyata banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi. Kesalahan-kesalahan itu cenderung lebih banyak terjadi pada wacana lisan, karena wacana lisan itu bersifat temporer yang fana, dalam artian setelah diucapkan langsung hilang. Walaupun wacana lisan cenderung menyebabkan kesalahan, tidak menutup kemungkinan kalau wacana tulis ternyata mampu juga mengakibatkan hal itu. Kesalahan dalam wacana tulis dapat diidentifikasi dari kehadiran subjek dan predikat dalam kalimat tersebut. Unsur subjek dan predikat merupakan unsur yang kehadirannya selalu wajib dalam kalimat. Ketidakhadiran subjek dan predikat dapat menimbulkan kesalahan atau mengganggu proses komunikasi.Selain dapat mengganggu proses komunikasi, ketidakhadiran subjek dan predikat ternyata dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca, yang secara otomatis tidak ada kepastian referensi yang dimaksud oleh penulis.

1.2            Rumusan Masalah
Masalah adalah suatu hal keadaan atau kejadian yang menimbulkan pertanyaan untuk mengetahui keadaan dan kedudukan serta hal yang menimbulkan hasrat ingin tahu. Seanada dengan uraian diatas maka dalam masalah ini akan dikedepankan masalah yaitu :
1.      Apa hakikat kalimat?
2.      Bagaimana kehadiran subjek dan predikat dalam kalimat?
3.      Bagaimanakah analisis kesalahan dari data yang diperoleh?

1.3            Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai yaitu.
1.      Untuk mengetahui hakikat kalimat
2.      Untuk mengetahui bagaimana kehadiran subjek dan predikat dalam kalimat.
3.      Untuk mengetahui analisis kesalahan dari data yang diperoleh.

1.4             Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup yang dianalisis dalam makalah ini.
  1. Maklah agama hindu
  2. Proposal penelitian
  3. Makalah seminar pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat kalimat
    Dalam bahasa Indonesia, kalimat  ada yang terdiri atas satu kata, misalnya Tadi ; ada yang terdiri atas dua kata , misalnya Dia peragawati ; ada yang terdiri atas tiga kata ; misalnya Ia sedang belajar ; ada yang terdiri aras empat kata , lima kata , enam kata , tujuh kata , dan seterusnya .Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat  bukannya banyaknya kata yang menjadi unsurnya , melainkan intonasinya .Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik ( Ramlan , 1996 ) . Dalam wujud lisan , kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut , disela jeda , dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yangb mencegah terjadinya perpaduan asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainya . Dalam wujud tulisan , kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik , tanda tanya atau tanda seru ( Alwi , et . al , 1998 ; Kridalaksana , 1985 )
    Berdasarkan uraian tersebut , dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun .

a.     Konstituen Kalimat
    Pada bagian sebelumnya telah disinggung , bahwa kalimat merupakan konstruksi besar yang terdiri atas satu kata , dua kata , atau lebih .Ini berarti bahwa kalimat merupakan satuan terbesar untuk pemerian sintaksis dan kata yang terkecil.Walaupun kalimat dapat diuraikan menjadi untaian kata , penguraian itu tidak langsung dari kalimat ke kata. Di antara kalimat dan kata biasanya ada satuan antara berupa kelompok kata . Baik kalimat , maupun kelompok kata  yang menjadi unsur kalimat dapat dipandang sebagai suatu konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut ( Alwi , et . ai , 1998 ) . Kelompok kata atau  ( frase ) merupakan susunan  kata-kata yang berfungsi dalam struktur kalimat dapat disebut konstituen ( Burton – Roberts , 1997 ) .

            Pada dasarnya , analisis struktural suatu kalimat telah menetapkan pola hubungan konstituennya yang memperlihatkan secara lengkap hierarki konstituen-konstituen kalimat itu .

  1. Unsur Wajib dan Unsur Tak Wajib
             Minimal , kalimat terdiri atas unsur subjek dan predikat . Kedua unsur kalimat itu merupakan unsur yang kehadirannya selalu  wajib ( Suparman , 1988 ) . Di samping kedua unsur itu , dalam suatu kalimat kadang-kadang ada kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan tanpa memengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat , tetapi ada pula yang tidak . Hal ini akan lebih jelas jika kita memerhatikan contoh kalimat berikut ini .

(1)    Mungkin dia mengirim buku itu tadi pagi .
Kalimat tersebut terdiri atas lima konstituen , yaitu (i) mungkin , (ii) dia , (iii) mengirim , (iv) buku itu ,dan (v) tadi pagi. Dari kelima konstituen itu , hanya mungkin dan tadi pagi yang dapat dihilangkan tanpa memengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat , sedangkan yang lain tidak . Jadi , pada contoh berikut ini , kalimat (2-4) dapat kita terima , tetapi kalimat (5-7) tidak.                                                                  
(2)    Dia mingirim buku itu tadi pagi .
(3)    Mungkin dia mengirim buku nitu tadi pagi.
(4)    Dia mengirim buku itu .
(5)    ( Mungkin ) dia buku itu ( tadi pagi ).
(6)    ( Mungkin ) mengirim buku itu (tadi pagi ).
(7)    ( Mungkin ) dia mengirim ( tadi pagi ).

            Berdasarkan uraian singkat tersebut , dapat dibedakan unsur kalimat atas unsur wajib dan unsur tidak wajib ( manasuka ) . Unsur wajib terdiri atas konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan , sedangkan unsur tidak wajib terdiri atas konstituen kalimat yang dapat dihilangkan .Dengan demikian , bentuk dia mengirim buku itu pada kalimat tersebut termasuk unsur wajib , sedangkan mungkin dan tadi pagi merupakan unsur tidak wajib.
            Perbedaan unsur kalimat atas unsur yang wajib dan tidak wajib tidak berkaitan langsung dengan bentuk dan fungsi konstituen kalimat .Pada umumnya , konstituen yang berfungsi sebagai keterangan , seperti mungkin dan tadi pagi pada contoh kalimat tersebut dapat dihilangkan .Demikian pula halnya dengan keterangan  ( alat ) dengan pisau pada kalimat Ibu mengupas mangga dengan pisau  , keterangan ( tempat ) ke sekolah pada kalimat Anak itu sudah berangkat ke sekolah .Akan tetapi , pada kalimat tertentu konstituen yang berfungsi sebagai keterangan wajib hadir . Perhatikan contoh kalimat berikut ini !
(8)    a. Dia menuju ke Bandung.
b. Dia menuju
   (9) a. Upacara pembukaan konferensi itu dilangsungkan pada pagi hari.
         b. Upacara pembukaan konferensi itu dilangsungkan.
              Bentuk ke Bandung pada (8a) dan pada pagi hari pada (9a) tidak dapat dihilangkan karena bentuk (8b) dan (9b) bukan kalimat dalam bahasa indonesia .Dalam hal tertentu ada kemungkinan (9b0 dipakai orang , tetapi secara lepas tidak mungkin dapat ditafsirkan bila konteks situasi pemakaiannya tidak diketahui .

2.2            Kalimat Tanpa Subjek dan atau Predikat

            Pada umumnya: setiap kalimat terdiri atas beberapa unsur yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (0), dan Keterangan (K}, Akan tetapi, pada dasarnya setiap kalimat terdiri atas dua bagian yang saling melengkapi yaitu S dan P. O dan K hanyalah keterangan lebih lanjut terhadap P atau bagian kalimat yang menerangkan P.
                Akhdiah dkk.. mengatakan bahwa setiap kalimat yang baik harus memiliki Subjek dan Predikat ( 1985;3 ). Ini berarti jika salah satu atau kedua unsur kalimat ( S dan P ) tidak ada, kalaimat itu terasa janggal dan tidak efektif karena kedua unsur itu merupakan sendi atau dasar kalimat yang mendukung ide pokok suatu kalimat. I:barat sebuah bangunan, jika tidak memiliki dasar yang kokoh, bangunan itu menjadi kurang kuat sehingga mudah roboh.
            Memang, dua unsur kalimat ini ( S dan P ) tidak       sama sifatnya dengan dua unsur kalimat lainnya. 0 dan K tidaklah se­lalu mesti hadir'dalam suatu kalimat. Dengan kata lain, tidaklah setiap kalimat mesti mengandung 0 dan K. Dalam Bahasa Indo­nesia memang dikenal istilah kalimat tak sempurna yaitu kalimat yang tidak bersubjek atau tidak berpredikat atau tidak bersubjek dan tidak berpredikat, Kalimat semacam ini juga disebut ka­limat yaitu kalimat yang salah satu atau kedua unsurnya tidak ada. Istilah tidak ada ini hanya ditinjau seca.ra ekspli­sit, sesunnguhnya.tidak ada istilah kalimat  Marilah kita perhatikan beberapa kalimat berikut.
1. Lemparkan
3. Dian
4. Perampok
5.  Kemarin pagi

Lepas dari situasi dan kondisi lahirnya kalimat-kalimat di atas jelas ada unsur inti kalimat yang dielipkan Akan tetapi, dengan memahami bagaimana situasi dan kondisi laihirnya ka­limat-kalimat Itu, kenyataannya menjadi lazim. Secara eksplisit, kalimat 1 dan 2 di atas tidak bersubjek. Dia hanya dibentuk oleh P. Akan tetapi, secara implisit S kalimat itu ada yaitu lawan bicara. Selanjutnya, kalimat 3, 4, dan 5 bisa saja me­rupakan kalimat jawab singkat terhadap pertanyaan berikut,
- Siapa menyapu di halaman ? Dian
- Siapa dipukuli warga ? Perampok
- Kapan peristiwa itu terjadi ? Kemarin pagi

P
 
S
 
Dengan menghubungkan kalimat-kalimat tanya dengan kali­mat-kalimat jawabnya seperti di atas dapatlah dikatakan secara eksplisit kalimat “Dian” dan "Perampok'' tidak mengandung P, te­tapi secara implisit P kalimat itu ada yaitu masing-masing menyapu dan dipukuli. Selanjutnya kalimat "Kemarin pagi”tidak  mengandung S dan P (seca­ra eksplisit ), Akan tetapi, secara implisit S dan P kalimat itu ada yaitu masing-masing Peristiwa itu/ terjadi……      dan
                                                             
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dikatakan bahwa kalimat tak sempurna hanya ada jika sebuah kalimat ditin jau se­cara tersendiri, Dalam satu unit wacana yang lebih luas tidak ada istilah kalimat tak sempurna ( kalimat elips ) karena apa yang dianggap tidak ada itu sesungguhnya ada. Secara eksplisit kedua unsur inti kalimat itu tidak ada, tetapi secara implisit kedua unsur inti kalimat itu ada. Jadi, setiap kalimat yang baik harus memiliki S dan P. Dalam kenyataan sehari-hari, sering kita menjumpai kalimat yang sulit kita ketahui atau kita cari S dan atau P-nya.
Misalnya :
- Kepada undangan harap berdiri,
- Bagi yang belum melunasi uang SPP harap menghadap ke kantor

Kedua kalimat di atas tergolong kalimat yang tidak baku secara jelas. boleh dikatakan kedua kalimat itu tidak memili­ki S. Hal ini disebabkan oleh hadirnya kata tugas kepada dan bagi di depan kata-kata yang semuanya berfungsi sebagai ya­itu hadirin dan ano belum melunasi_ uang_ SPP_. Dengan rnenghi.langkan kedua kata tugas itu kita akan mendapat dua buah ka­limat yang baku yaitu :
Kesalahan serupa ini bisa juga diatasi dengan mengubah
fakultas kita masih memerlukan tenaga pengajar bisa            diubah menjadi kalimat yang baku di fakultas kita masih diperlukan


2.3 Pemaparan Data dan Analisis Kesalahannya
            Diambil dari makalah yang berjudul: Agama Dijadikan Tameng Keangkuhan Manusia. Oleh: I Putu Yogi Santosa. Adapun datanya adalah sebagai berikut:

  1. Sifat angkuh dan sombong ada pada setiap manusia.

Pembahasan :
Keterangan
 
S
 
Sifat angkuh dan sombong,  ada pada setiap manusia.
Kalimat di atas menunjukan bahwa kalimat tersebur belum lengkap. Kalimat tersebut hanya terdiri atas dua unsur yaitu subyek dan keterangan, sedangkan syarat mutlak sebuah kalimat adalah terdiri atas sebuah subyek dan sebuah predikat. Agar kalimat tersebut menjadi kalimat baku, maka dilengkapi dengan kata dimiliki oleh yang berfungsi sebagai predikat. Dengan menambahkan predikat, kita akan mendapat kalimat yang baku, yaitu:
O
 
P
 
S
 
Sifat angkuh dan sombong dimiliki oleh setiap manusia.


  1. Sebagai daerah tujuan wisata tidak bisa menghindar dari masalah yang timbul sebagai akibat dari perkembangan pariwisatannya.
Pembahasan :
Kalimat di atas tergolong kalimat yang tidak baku, karena tidak sesuai dengan kaidah yang ada khusunya menyangkut tata kalimat. Kalimat tersebut belum menampakan subyek secara jelas. Boleh dikatakan kalimat tersebut tidak memiliki subyek. Hal ini disebabkan oleh hadirnya kata tugas sebagai di depan kata-kata yang sebenarnya berfungsi sebagai S, yaitu daerah tujuan wisata. Dengan menghilangkan kata tugas itu, kita akan mendapat kalimat yang baku yaitu:
O
 
P
 
S
 
Daerah tujuan wisata tidak bisa menghindar dari masalah yang timbul

sebagai akibat dari perkembangan pariwisatannya.


Diambil dari makalah yang berjudul: Perspektif dan Kebijakan Pendidikan Menghadapi Tantangan Global. Oleh Nyoman Dantes. Adapun datanya adalah sebagai berikut:

  1. Tata nilai itu sendiri bersifat kompleks dan berjenjang mulai dari jenjang nilai ideal, nilai intrumental, sampai pada nilai operasional.

Pembahasan :
keterangan
 
S
 
Tata nilai itu sendiri, kompleks dan berjenjang mulai dari jenjang nilai ideal, nilai intrumental, sampai pada nilai operasional
Kalimat di atas tergolong kalimat yang tidak baku, karena tidak sesuai dengan kaidah yang ada khusunya menyangkut tata kalimat. Kalimat tersebut belum menampakan predikat secara jelas. Boleh dikatakan kalimat tersebut tidak memiliki predikat. Predikat adalah bagian yang memberikan keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek itu.
            Kalimat tersebut seharusnya dilengkapi dengan predikat, seperti di bawah ini.
P
 
S
 
Keterangan
 
Tata nilai itu sendiri, bersifat   kompleks dan berjenjang mulai dari jenjang nilai ideal, nilai intrumental, sampai pada nilai operasional


Diambil dari usulan penelitian yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas VI SDN 1 Pujungan dengan Menggunakan Media Gambar Berseri, oleh I Ketut Elik Sastrawan.

1.    Menjelaskan pengertian karangan naratif, cara membuat karangan naratif, serta contoh karangan naratif.

Pembahasan :
P
 
O
 
Menjelaskan pengertian karangan naratif, cara membuat karangan naratif, serta contoh karangan naratif
Kalimat di atas tergolong kalimat yang tidak baku, karena tidak sesuai dengan kaidah yang ada khusunya menyangkut tata kalimat. Kalimat tersebut belum menampakan subyek secara jelas. Boleh dikatakan kalimat tersebut tidak memiliki subyek.
Seharusnya, dalam kalimat tersebut, di depan predikat diberikan sebuah nomina sehingga kalimat tersebut menjadi lengkap dan baku, seperti di bawah.
0
 
S
 
P
 
Guru menjelaskan pengertian karangan naratif, cara membuat karangan naratif, serta contoh karangan naratif.

2.    Memasang gambar di papan tulis.

Pembahasan :
K
 
O
 
P
 
Memasang  gambar  di papan tulis

Kalimat di atas tergolong kalimat yang tidak baku, karena tidak sesuai dengan kaidah yang ada khusunya menyangkut tata kalimat. Kalimat tersebut belum menampakan subyek secara jelas. Boleh dikatakan kalimat tersebut tidak memiliki subyek.
Seharusnya, dalam kalimat tersebut, di depan predikat diberikan sebuah nomina sehingga kalimat tersebut menjadi lengkap dan baku, seperti di bawah.
S
 
P
 
O
 
K
 
Budi memasang  gambar  di papan tulis

3.    Menjelaskan peranan gambar dalam menulis karangan naratif.
Pembahasan :
P
 
O
 
Menjelaskan peranan gambar dalam menulis karangan naratif
Kalimat di atas tergolong kalimat yang tidak baku, karena tidak sesuai dengan kaidah yang ada khusunya menyangkut tata kalimat. Kalimat tersebut belum menampakan subyek secara jelas. Boleh dikatakan kalimat tersebut tidak memiliki subyek.
Seharusnya, dalam kalimat tersebut, di depan predikat diberikan sebuah nomina sehingga kalimat tersebut menjadi lengkap dan baku, seperti di bawah.
S
 
P
 
O
 
Guru    menjelaskan peranan gambar dalam menulis karangan naratif


4.    Menginformasikan cara-cara penilaiaan diri.
Pembahasan :
P
 
O
 
Menginformasikan cara-cara penilaiaan diri

Kalimat di atas tergolong kalimat yang tidak baku, karena tidak sesuai dengan kaidah yang ada khusunya menyangkut tata kalimat. Kalimat tersebut belum menampakan subyek secara jelas. Boleh dikatakan kalimat tersebut tidak memiliki subyek.
Seharusnya, dalam kalimat tersebut, di depan predikat diberikan sebuah nomina sehingga kalimat tersebut menjadi lengkap dan baku, seperti di bawah.
S
 
P
 
O
 
 Dosen    menginformasikan  cara-cara penilaiaan diri











BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun . Minimal , kalimat terdiri atas unsur subjek dan predikat . Kedua unsur kalimat itu merupakan unsur yang kehadirannya selalu  wajib ( Suparman , 1988 )
Akhdiah dkk.. mengatakan bahwa setiap kalimat yang baik harus memiliki Subjek dan Predikat ( 1985;3 ). Ini berarti jika salah satu atau kedua unsur kalimat ( S dan P ) tidak ada, kalaimat itu terasa janggal dan tidak efektif karena kedua unsur itu merupakan sendi atau dasar kalimat yang mendukung ide pokok suatu kalimat. I:barat sebuah bangunan, jika tidak memiliki dasar yang kokoh, bangunan itu menjadi kurang kuat sehingga mudah roboh.
Ternyata banyak kita temukan adanya kesalahan dalam pemakaian bahasa tulis. Setelah dilakukan analisis ditemukan ada beberapa kesalahan pemakaiaan subyek dan predikat dalam sebuah karya tulis.

3.2 SARAN
          Untuk menghindari kesalahan penggunaan bahasa, terutama menyangkut penggunaan unsur subyek dan predikat dalam kalimat, sebaiknya penulis memahami penggunaan tata bahasa baku. Dengan memahami tata bahasa baku, kita akan terhindar dari kesalahan berbahasa tersebut. Penguasaan terhadap keterampilan analisi kesalahan juga sangat membantu penulis dalam membuat karya yang baik, terutama menyangkut karya ilmiah.







2 komentar:

garbawijaya mengatakan...

TERIMA KASIH

Lost De Pompadour mengatakan...

Thank you so much!

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Dcreators